فَٱذْكُرُونِىٓأَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 152 Pada ayat tersebut bisa diambil pelajaran bahwa kita dituntut untuk selalu mensyukuri nikmat Allah
Seperti apa cara bersyukur kepada Allah SWT dengan benar?Allah SWT merupakan dzat yang paling berkuasa dan paling besar, yang memberikan kita nikmat tak itulah, sebagai umat-Nya, kita harus selalu bersyukur kepada Allah dalam Islam merupakan salah satu bentuk terima kasih atas segala nikmat, rezeki, kehidupan, kesulitan, dan kebahagiaan yang Moms lebih afdal, cari tahu cara bersyukur kepada Allah SWT dengan benar lewat ulasan di bawah ini, yuk!Baca Juga 3+ Waktu yang Dilarang Bergaul antara Suami Istri, Bisa Berdosa!Perintah untuk Bersyukur kepada Allah SWTFoto Berdoa juga menyuruh umat manusia untuk selalu bersyukur. Hal ini tertuang dalam Al-Baqarah 152, Allah berfirmanفَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ"Fażkurụnī ażkurkum wasykurụ lī wa lā takfurụn."Artinya "Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepada-Mu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku," Al-Baqarah 152.Meskipun Allah meminta hamba-Nya untuk bersyukur, tapi bukan berarti Allah membutuhkan ungkapan syukur dari tanpa manusia bersyukur kepada-Nya, Allah tetaplah zat yang Maha Kaya, Maha Terpuji, dan Maha Allah memerintahkan umatnya bersyukur karena demi menambah kenikmatan manusia itu Juga 11+ Keutamaan Sedekah di Bulan Ramadan, Masya Allah!Manfaat Bersyukur kepada Allah SWTFoto Berdoa ini beragam alasan mengapa kita harus Membuat Memiliki Pikiran dan Perasaan PositifDengan bersyukur, kita akan lebih memaknai segala sesuatunya dengan pikiran dan perasaan Moms senantiasa bersyukur, meskipun sedang mengalami kegagalan atau kesedihan, maka perasaan gundah, sedih, gagal, kecewa, amarah, akan tergantikan oleh sugesti-sugesti Menghindarkan Diri dari Iri dan DengkiBersyukur kepada Allah SWT akan menghindarkan Moms dari penyakit hati seperti iri, dengki, fitnah, atau Bersyukur Dapat Menambah Nikmat dan Mengingkarinya Dapat Mendatangkan AzabSelain itu, dengan bersyukur maka Allah akan mengingat umatnya sebagaimana dijelaskan dalam Ibrahim ayat 7 yang berbunyiوَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ"Wa iż ta`ażżana rabbukum la`in syakartum la`azīdannakum wa la`ing kafartum inna ażābī lasyadīd."Artinya "Dan ingatlah juga, tatkala Tuhanmu memaklumkan“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih," Ibrahim7.Setelah tahu perintah untuk bersyukur kepada Allah SWT dalam Al-Qur'an dan manfaat apa yang akan didapat, berikut ini cara bersyukur kepada Allah agar selalu dilimpahi nikmat dan Juga 15 Manfaat Sari Kurma untuk Ibu Menyusui, Moms Wajib Tahu!Cara Bersyukur Kepada AllahFoto Ilustrasi Berdoa Orami Photo StockBersyukur tak cukup hanya mengucapkan "alhamdulillah" saja. Namun, juga harus dibarengi dengan sikap, tutur, serta perbuatan dari NU Online, berikut ini cara bersyukur kepada Mengucap Syukur dan Menjaga Lisan dengan Senantiasa Berkata BaikCara bersyukur kepada Allah dengan lisan adalah cara yang paling bisa mengucapkan "alhamdulillah" setiap kali menerima kebaikan, rezeki, kabar gembira, dan kenikmatan itu, Moms juga harus mengimbanginya dengan perkataan menjaga lisan dengan selalu mengatakan hal-hal baik agar tidak merugikan atau menyakiti hati orang lain adalah bentuk syukur kepada Allah itu, mereka yang bersyukur juga tak keberatan untuk meminta maaf atas kesalahannya pada orang lain, terutama pada Allah ini sesuai dengan perintah Allah SWT dalam Surah Ali Imran, ayat 133وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ"Wa sāri'ū ilā magfiratim mir rabbikum wa jannatin 'arḍuhas-samāwātu wal-arḍu u'iddat lil-muttaqīn."Artinya "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa," Ali Imran133Oleh sebab itu, jika perkataan kita menyakiti hati orang lain maka segeralah meminta maaf dan memohon ampunan kepada Allah begitu, hubungan antar sesama manusia dapat terjalin dengan baik dan Allah akan memberikan Menyadari Bahwa Nikmat yang Diberikan Allah SWT Tidak BerhinggaBahkan, Allah SWT berfirman dalam Ibrahim ayat 34, yang berbunyiوَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ"Wa ātākum ming kulli mā sa`altumụh, wa in ta’uddụ ni’matallāhi lā tuḥṣụhā, innal-insāna laẓalụmung kaffār."Artinya "Dan Dia telah memberikan kepadamu keperluanmu dan segala apa yang kamu mohonkan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya menghitungnya. Sesungguhnya, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat Allah," Ibrahim34.3. Tidak Mendustakan Kenikmatan yang Allah BerikanMengelola hati untuk tetap bersyukur dan berada di jalan Allah SWT bukanlah hal yang mudah, namun ini adalah hal yang mengontrol hati dan diri agar selalu bersyukur hidupnya akan lebih dari jumlah harta dan tahta yang dimiliki di sukses dan kaya raya belum tentu membuat seseorang lebih mudah bersyukur dan merasa bahagia menjalani dari itu, ungkapan syukur ini harus dipanjatkan dari hati karena tiada manusia yang dapat menghitung seluruh kenikmatan yang telah diberikan Allah Surah Ar-Rahman ayat 13, Allah berfirmanفَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ"Fa bi`ayyi ālā`i rabbikumā tukażżibān."Artinya “Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” Ar-Rahman13.Bunyi ayat tersebut diulang hingga 31 kali dalam surah tanpa maksud, pada surah tersebut dijelaskan bahwa Allah menantang manusia untuk jujur dalam membaca dan menghitung kenikmatan Allah yang diberikan pada dari bernapas, mendengar, merasakan, dan lainnya. Tentu itu semua tak bisa diukur menggunakan karena itu, Allah membenci orang-orang dengan perilaku tidak bersyukur. Orang-orang tersebut termasuk dalam golongan kufur atau mengingkari kenikmatan-kenikmatan yang telah diterima dari Allah Juga 114 Daftar Surah Alquran dan Artinya serta Keutamaan Membaca Alquran yang Wajib Dipahami4. Ikhlas Menerima Kesenangan dan KesedihanCara bersyukur kepada Allah dengan melalui hati dapat dilakukan dengan bentuk perasaan senang, ikhlas, dan rela dengan apa yang sudah ditetapkan Allah yang mudah bersyukur memiliki jiwa yang ikhlas dalam menerima kesenangan dan tak berkeluh kesah atas kekurangan atau ujian yang diberikan Allah cara bersyukur kepada Allah juga menjadikan Moms lebih sabar dari mereka yang tidak karenanya, dalam ilmu tasawuf, syukur adalah suatu maqam atau tingkatan tertinggi dan hanya bisa dicapai oleh mereka yang beriman dan bertakwa kepada Berbagi Rezeki, Ilmu, Kebahagiaan, dan KebaikanAktivitas fisik yang bisa dilakukan sebagai cara bersyukur kepada Allah ialah berbagi rezeki, ilmu pengetahuan, kebahagiaan, dan kebaikan yang membuat orang lain beberapa kesempatan, Moms pasti sering menerima undangan syukuran. Ini adalah contoh bersyukur kepada Allah melalui perbuatan membagikan rezeki kepada sesama akan membuat orang lain senang dan syukur kepada Allah SWT melalui aktivitas fisik ini tercantum dalam Al-Qur'an Surah Adh-Dhuha, ayat 11وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ"Wa ammā bini'mati rabbika fa ḥaddiṡ."Artinya “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan,” Adh-Dhuha11.Ayat tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa apabila Moms mendapatkan kebahagiaan maka sebaiknya berbagilah dengan orang sekitar agar mereka turut merasakan ini sering disebut dengan tahadduts binni’ begitu, pastikan untuk tidak berlebihan dalam merayakan kegembiraan ya, ditakutkan rasa syukur itu berubah menjadi pamer atau tidak ikhlas. Hal-hal yang dimaksud ikhlas ialah tidak ada niat lain kecuali beribadah kepada Allah itu, bersyukur kepada Allah juga bisa dengan cara meningkatkan intensitas Muhammad SAW yang telah dijamin masuk surga pun tetap rajin beribadah melebihi siapa pun di dunia bahkan hingga kakinya itu dilakukan oleh Nabi Muhammad semata sebagai bentuk syukur atas segala kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT Juga Tips Mengajak Balita Salat Tarawih di Rumah6. Menjaga Nikmat dari KerusakanMelansir dari Islampos, saat Allah SWT memberikan kenikmatan, kebahagiaan, dan karunia yang sebaiknya gunakan kenikmatan tersebut untuk menjaga hati, lisan, dan perbuatan agar tetap di jalan Allah Allah telah memberikan kesehatan, maka kita wajib menjaganya dengan berolahraga secara teratur, memakan makanan bergizi, dan menjaga tubuh agar terhindar dari Menjaga Keimanan dengan Beribadah agar Terhindar dari Penyakit HatiHal yang sama sebaiknya dilakukan ketika Moms mendapatkan kenikmatan, haruslah dijaga dengan iman yang menghindari penyakit hati, dan hal-hal yang menyebabkan keimanan kita berkurang atau itu, Moms harus memupuk iman dengan salat, membaca Al-Qur'an, menghadiri majelis taklim, berzikir, dan berdoa serta memohon tersebut merupakan bagian dari cara bersyukur kepada itu, kita juga harus membentengi diri dari perbuatan tercela yang dapat merusak iman seperti kemunafikan, ingkar dan menjanjikan nikmat yang luar biasa kepada umatnya bagi mereka yang bersyukur dan selalu mengingat Allah Juga Berhubungan Intim setelah Salat Subuh, Bagaimana Hukumnya dalam Islam?8. Bersyukur kepada Allah Melalui Harta BendaBersyukur juga dapat dilakukan melalui harta benda dapat dilakukan dengan cara mempelajari, mengamalkan dan berdakwah ajaran itu juga bisa dengan cara berjihad membela Islam dan kaum muslimin, membangun masjid dan musala, membangun sarana pendidikan, membantu fakir miskin dan orang bersyukur melalui harta benda juga bisa dilakukan mulai dari hal-hal sederhana seperti berbagi makanan, berzakat, menyantuni anak yatim, berinfak ke masjid dan Juga Ini Aturan dan Doa Sholat Tarawih Ramadan selama Pandemi, Catat!Tanda Seseorang yang Tidak Bersyukur Kepada Allah SWTFoto Umat Muslim Salat dalam Islam, perilaku tidak mau bersyukur disebut juga dengan kufur Direktorat Pendidikan & Pembinaan Agama Islam, kufur nikmat merupakan tindakan ketika seseorang enggan menyadari atau bahkan mengingkari bahwa nikmat yang didapatkan adalah dari Allah beberapa tanda yang bisa dilihat pada seseorang yang tidak bersyukur kepada Allah SWT, yaituTidak menerima kekurangan yang ada pada diri sendiri dan suka membanding-bandingkan mengeluh dalam segala dan membantu orang lain karena mengharap kecil nikmat yang diberikan oleh Allah menginginkan milik orang sampai kita menjadi bagian dari orang-orang yang kufur nikmat, ya, surah Al-Baqarah ayat 152 pun telah dijelaskan bahwa kita harus selalu bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah Allah SWT sampai menjadi kufur kepada-Nya dengan mengingkari nikmat-nikmat-Nya dan menggunakannya untuk hal-hal yang Juga Penjelasan Dam saat Haji dan Umrah, Beserta Tata Cara MembayarnyaNah, itulah berbagai cara bersyukur kepada Allah yang bisa dilakukan dalam kehidupan bersyukur dan selalu menjernihkan hati dalam perbuatan, lisan, serta tindakan adalah hal yang tak mudah untuk bukan berarti tidak mungkin, ya, Moms. Semoga Moms, Dads, dan keluarga tak pernah lupa untuk selalu bersyukur kepada-Nya, ya! Bersyukurdalam hal ini dilakukan dengan memanfaatkan semua nikmat yang diperoleh itu kepada hal-hal yang diridai Allah SWT. Ada kalanya anda mendapatkan sesuatu yang tidak sesuai dengan jerih payah yang sudah dilakukan. Berikut ini kumpulan kata-kata bersyukur atas nikmat Allah seperti dikutip dari laman Status Kita dan PosKata Selasa 2292020 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID B5URsdBRjg8Sv4tTBthi8C9usb6aYJhHNcVueoMN17NTblmsZg8-Og== Akubersaksi bahawa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata-mata dan aku bersaksi bahawa Nabi Muhammad adalah pesuruh Allah. Selawat dan salam ke atas Rasulullah s.a.w. Sesungguhnya barang siapa yang diberikan oleh Allah petunjuk, maka tiada siapa yang dapat menyesatkannya dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tiada Dalam kitab al-Zuhd, Imam Ahmad bin Hanbal mencatat sebuah riwayat tentang Nabi Musa alaihissalam yang kebingungan bersyukur. Berikut riwayatnyaحَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا أبِي، أَخْبَرَنَا هَاشِمٌ، أَخْبَرَنَا صَالِحٌ، عَنْ أَبِي عِمْرَانَ الْجَوْنِيِّ، عَنْ أَبِي الْجَلْدِ قَالَ قَالَ مُوسَى إِلَهِي، كَيْفَ أَشْكُرُكَ وَأَصْغَرُ نِعْمَةٍ وَضَعْتَهَا عِنْدِي مِنْ نِعَمِكَ لَا يُجَازِي بِهَا عَمَلِي كُلُّهُ؟ قَالَ فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيْهِ أَنْ يَا مُوسَى، الْآنَ شَكَرْتَنِيAbdullah bercerita, Ayahku mengabarkan, Hasyim mengabarkan, Shalih mengabarkan, dari Abu Imran, dari Abu al-Jald, ia berkata“Musa berkata “Tuhanku, bagaimana caraku bersyukur kepada-Mu, sedangkan nikmat terkecil yang Kau letakkan di sisiku, termasuk nikmat-nikmat-Mu yang tidak mungkin berbalas dengan semua amalku?”Kemudian Allah mewahyukan kepada Musa, Allah berfirman “Wahai Musa, sekarang ini kau sudah bersyukur kepada-Ku.” Imam Ahmad bin Hanbal, al-Zuhd, Kairo Dar al-Rayyan li al-Turats, 1992, h. 85****Dalam beragama banyak hal yang perlu diperbincangkan, termasuk “syukur”. Allah berfirman QS. Ibrahim 7وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ, وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ“Dan ingatlah juga ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami tambah nikmat kalian, dan jika kalian mengingkari nikmat-Ku, maka sungguh azab-Ku sangat pedih.”Namun, banyak orang yang tidak tahu bagaimana seharusnya ekspresi syukur itu, karena kadar nikmat yang Allah berikan kepada kita tidak mungkin diimbangi dengan semua amal baik kita. Belum lagi dosa yang semakin menjauhkan kita. Sampai Nabi Musa alaihissalam bingung bagaimana cara mensyukuri nikmat Allah yang sedemikian banyak, bahkan yang terkecilnya saja tidak sanggup diimbangi oleh semua sinilah Allah menunjukkan kasih sayangNya. Salah satu nama-Nya al-Asmâ’ al Husnâ adalah, “al-Syakûr—Yang Maha Mensyukuri”, yaitu Allah mengapresiasi semua amal yang dilakukan hambaNya. Bahasa zaman sekarangnya, Allah itu Maha Mengapresiasi, dan menerima amal hamba-Nya, sekecil apapun itu. Dalam sebuah hadits diceritakan HR. Imam Muslimعَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلي الله عليه وسلم قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِى بِطَرِيْقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ فَاَخَّرَهُ، فَشَكَرَ اللهُ لَهُ، فَغَفَرَ اللهُ لَهُ“Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau berkata “Suatu ketika ada laki-laki yang berjalan di sebuah jalan, ia menemukan dahan berduri lalu menyingkirkannya. Maka Allah berterima kasih kepadanya menerima amalnya, kemudian Allah mengampuninya.”Dalam hadits di atas, ada kalimat, “syakarallahu lahu—Allah berterima kasih kepadanya,” yang mengindikasikan diterimanya amal laki-laki tersebut. Artinya, setiap kali ada hamba-Nya yang beramal, Allah akan berterima kasih dengan cara menerima amalnya. Dan, kisah di atas merupakan gambaran termudah dari sifat “al-Syakûr” pun harus tahu, bahwa kebingungan Sayyidina Musa adalah kebingungan yang bernilai tinggi. Kebingungan yang berasal dari ketaatan dan kesalehannya. Bukan kebingungan sembarangan. Karena tidak banyak orang yang memandang dirinya terlebih dahulu sebelum bersyukur. Mereka hanya bersyukur saja, tanpa repot mentafakkuri begitu melimpahnya nikmat Allah, yang jika dibahasakan tidak ada kalimat yang bisa melukiskan kebingungannya itu, Sayyidina Musa alaihissalam menampilkan penghambaannya. Karena ia tahu begitu banyak nikmat Allah di sekelilingnya, hingga ia merasa tak pantas “berterima kasih”. Jika yang terkecil saja masih terlalu besar andai ditimbang dengan semua amalnya, apalagi nikmat-Nya yang terbesar. Inilah yang dimaksud kebingungan yang berasal dari kesalehan, karena orang saleh terbiasa mengukur dirinya sendiri terlebih dahulu; apakah ia laik atau tidak. Oleh sebab itu, tidak sedikit para wali yang kebingungan dalam bersyukur, hingga sebagian dari mereka berdoaاللهمّ إِنَّكَ تَعْمَلُ عَجْزِي عَنْ مَوَاضِعِ شُكْرِكَ، فَاشْكُرْ نَفْسَكَ عَنِّي“Ya Allah, sungguh Kau mengetahui ketidak-mampuanku bersyukur sesuai dengan semua karunia-Mu, maka bersyukurlah pada DiriMu sendiri sebab ketidak-mampuanku itu.” Imam Abu Bakr Muhammad al-Kalabadzi, Kitâb al-Ta’arruf li Madzhab Ahl al-Tashawwuf, Kairo Maktabah al-Khanji, tt, h. 71Akan tetapi, bukan berarti kita berhenti bersyukur. Kita harus tetap bersyukur atas nikmat-nikmat Allah. Jika kita berhenti bersyukur karena alasan di atas, artinya kita telah menyamakan diri kita dengan Nabi Musa; kita telah menyamakan kualitas kesalehan kita dengannya. Padahal, Nabi Musa, dalam kisah di atas, sedang mempersembahkan syukur dalam level tertingginya. Hadirnya perasaan “tak pantas” yang dirasakannya bukanlah rekayasa, dibuat-buat atau dipelajari, melainkan ketulusan rasa yang dihasilkan dari tafakkur diri dan sekitarnya. Paling tidak, kita bisa mensyukuri nikmat Allah dengan berusaha istiqamah mengingat-Nya di hati, lisan dan perbuatan; mengenali pemberian-Nya dan memanfaatkannya di jalan kebaikan, seperti yang dikatakan Imam Ibnu Mandhur, “’irfânul ihsân wa nasyruhu—syukur adalah mengetahui kebaikan dan menyebarkannya.” Imam Abu al-Fadl Jamaluddin Muhammad bin Mandhur al-Anshari, Lisân al-Arab, Kairo Darul Ma’arif, tt, juz 4, h. 2305. Dalam bahasa hadits dikatakan, “khairunnâs anfa’uhum linnâs—sebaik-baiknya mansuia adalah yang paling bermanfaat untuk lainnya.” Sebagai penutup, kita perlu menghayati doa Nabi Musa di bawah ini, karena bedoa juga termasuk bentuk syukur kepada Allah. Bila perlu, kita seringkan membaca doa di bawah iniاللَّهُمَّ لَيِّنْ قَلْبِي بِالتَّوْبَةِ، وَلَا تَجْعَلْ قَلْبِي قَاسِيًا كَالْحَجَرِ“Ya Allah, lunakkan hatiku dengan taubat, dan jangan jadikan hatiku mengeras seperti batu.” Imam Ahmad bin Hanbal, al-Zuhd, 1992, h. 85Wallahu a’lam bish shawwab...Muhammad Afiq Zahara, alumnus PP. Darussa’adah, Bulus, Kritig, Petanahan, Kebumen. Bertobatlahkamu kepada Allah, sesungguhnya aku bertobat dalam sehari kepada-Nya sebanyak seratus kali.” (HR. Seperti inilah adab seorang muslim terhadap Allah Tuhannya, ia bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, malu kepada-Nya, bertobat dengan sungguh-sungguh kepada-Nya, bertawakkal kepada-Nya, berharap rahmat-Nya, takut kepada azab-Nya Ilustrasi Muslim yang sedang bersyukur. Foto pixabayAllah SWT senantiasa memberikan nikmat kepada hamba-Nya. Nikmat yang Allah berikan amat berlimpah, mulai dari nikmat sehat, nikmat iman, dan nikmat Islam. Ini tertuang dalam Surat An-Nahl ayat 18‏وَاِنۡ تَعُدُّوۡا نِعۡمَةَ اللّٰهِ لَا تُحۡصُوۡهَاؕ اِنَّ اللّٰهَ لَـغَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ‏Artinya Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha seorang Muslim, hendaknya kita mensyukuri nikmat yang Allah berikan. Bagaimana cara mensyukuri nikmat Allah? Simak penjelasan di bawah Mensyukuri Nikmat AllahMenjaga Nikmat dengan Sebaik-baiknyaSebagai tanda syukur, seorang Muslim hendaknya menjaga nikmat yang Allah berikan dengan sebaik-baiknya. Jangan sia-siakan nikmat yang telah diberikan, apalagi menggunakannya untuk hal-hal yang tidak diridhoi Allah SWT. Meyakini Nikmat yang Diberikan Datangnya dari Allah Seorang Muslim hendaknya meyakini bahwa nikmat yang dimiliki datangnya hanya dari Allah SWT. Allah mampu mendatangkan nikmat pada hamba-Nya yang dikehendaki. Seorang Muslim hanya bisa berikhtiar dan berdoa supaya Allah senantiasa memberikan nikmat kepadanya. Ilustrasi Muslim yang sedang bersyukur. Foto pixabayUngkapan syukur seorang hamba bisa dilakukan melalui dzikir pujian kepada Allah SWT. Ucapkan “alhamdulillah” atas segala nikmat yang telah didapatkan. Kalimat pujian hamdalah adalah sebaik-baiknya perkataan. Barangsiapa yang mengucapkannya, maka Allah akan memberikan 30 pahala baginya. Ini dijelaskan dalam salah satu hadist.“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah memilih empat perkataan, yaitu subhanallah, alhamdulillah, laa ilaaha ilallah, dan allahu akbar. Barangsiapa mengucapkan “Subhanallah” maka akan dituliskan untuknya dua puluh kebaikan dan dihapuskan darinya dua puluh kesalahan. Barangsiapa mengucapkan “Allahu Akbar” maka akan dituliskan untuknya seperti itu pula. Barangsiapa mengucapkan “Laa ilaaha illallah” maka akan dituliskan untuknya seperti itu pula. Dan barangsiapa mengucapkan “Alhamdulillahi Rabbil alamin” dari dalam hatinya, maka akan dituliskan untuknya tiga puluh kebaikan dan dihapuskan darinya tiga puluh kesalahan.” HR. Ahmad.Laksanakan Amal Perbuatan Baik Dalam mensyukuri nikmat Allah SWT, seorang Muslim hendaknya menyelaraskannya dengan perbuatan baik. Laksanakan semua perintah-Nya dan jauhi semua larangan-Nya. Tunaikan kewajiban sebagai seorang Muslim dengan berbuat baik kepada sesama.
SYUKUR(3/3) Di atas dikemukakan secara global nikmat-nikmat-Nya yang mengharuskan adanya syukur. Dalam beberapa ayat lainnya disebut sekian banyak nikmat secara eksplisit, antara lain: 1. Kehidupan dan kematian Bagaimana kamu mengkufuri (tidak mensyukuri nikmat) Allah, padahal tadinya kamu tiada, lalu kamu dihidupkan, kemudian kamu dimatikan
قول الله تعالى وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA. Matan Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُجِعْتُ إِلَى رَبِّي إِنَّ لِي عِنْدَهُ لَلْحُسْنَى فَلَنُنَبِّئَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِمَا عَمِلُوا وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ “Dan jika Kami berikan kepadanya suatu rahmat dari Kami setelah ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari Kiamat itu akan terjadi. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku, sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan di sisi-Nya’. Maka sungguh, akan Kami beritahukan kepada orang-orang kafir tentang apa yang telah mereka kerjakan, dan sungguh, akan Kami timpakan kepada mereka azab yang berat.” QS. Fushshilat 50 Mujahid berkata tentang tafsir ayat ini, هَذَا بِعَمَلِي، وَأَنَا مَحْقُوْقٌ بِهِ “Ini adalah hakku yaitu rahmat ini adalah karena jerih payahku, dan aku berkah mendapatkannya.” Ibnu Abbas radhiallahu anhu berkata, يُرِيْدُ مِنْ عِنْدِي “yaitu ini adalah dari diriku sendiri.” Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي “Qarun berkata Sesungguhnya aku diberi harta itu, semata-mata karena ilmu yang ada padauk.” QS. Al-Qashash 78 Qatadah berkata menafsirkan ayat ini, عَلَى عِلْمٍ مِنِّيْ بِوُجُوْهِ الْمَكَاسِبِ “Maksudnya karena ilmu pengetahuanku tentang cara-cara berusaha.” Ahli Tafsir lainnya mengatakan, عَلَى عِلْمٍ مِنَ اللهِ أَنِّي لَهُ أَهْلٌ وَهَذَا مَعْنَى قَوْلِ مُجَاهِد أُوْتِيْتُهُ عَلَى شَرَفٍ “Yaitu Karena Allah mengetahui bahwa aku adalah orang yang layak menerima harta kekayaan tersebut’, dan inilah makna yang dimaksudkan Mujahid Aku diberi harta kekayaan atas kemualiaanku’.” Syarah Ayat dan juga perkataan para Ahli Tafsir di atas menjelaskan tentang orang-orang yang tidak bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan mereka kufur terhadap nikmat Allah Subhanahu wa ta’ala. Di antara bentuk kekufuran mereka atas nikmat Allah Subhanahu wa ta’ala adalah tatkala mereka diberi rahmat maka mereka berkata “Ini adalah hakku”. Perkataan ini termasuk kufur terhadap nikmat Allah dari dua sisi; pertama dia meyakini bahwa dia memang berhak mendapatkannya atau Allah tahu bahwa dia berhak mendapatkannya; kedua dari sisi dia meyakini bahwa harta, karunia, atau nikmat yang dia dapat adalah karena kepandaiannya dalam mencari karunia tersebut. Kedua bentuk tersebut merupakan bentuk kufur nikmat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Ayat yang dibawakan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam judul bab merupakan perkataan orang kafir. Hal ini terlihat jelas pada ayat sebelumnya di mana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, لَا يَسْأَمُ الْإِنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِنْ مَسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ “Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika ditimpa malapetaka, mereka berputus asa dan hilang harapannya.” QS. Fushshilat 49 Kemudian setelah itu Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُجِعْتُ إِلَى رَبِّي إِنَّ لِي عِنْدَهُ لَلْحُسْنَى فَلَنُنَبِّئَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِمَا عَمِلُوا وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ “Dan jika Kami berikan kepadanya suatu rahmat dari Kami setelah ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari Kiamat itu akan terjadi. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku, sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan di sisi-Nya’. Maka sungguh, akan Kami beritahukan kepada orang-orang kafir tentang apa yang telah mereka kerjakan, dan sungguh, akan Kami timpakan kepada mereka azab yang berat.” QS. Fushshilat 50 Ayat ini jelas menunjukkan tentang perkataan orang-orang kafir karena mereka tidak meyakini adanya hari kiamat. Hal ini sama dengan perkataan Qorun yang diabadikan dalam Al-Quran, إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي “Qarun berkata, Sesungguhnya aku diberi harta itu, semata-mata karena ilmu yang ada padaku’.” QS Al-Qashash 88 Ini adalah perkataan orang yang sombong dan angkuh, serta yang kufur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu, barangsiapa yang kufur terhadap nikmat Allah maka sesungguhnya dia telah bertasyabbuh dengan orang-orang kafir yang Allah sebutkan perkataan mereka dalam Al-Quran. [1] Syukur Syukur adalah ibadah yang agung, dan telah kita sebutkan tatkala kita membahas tentang sabar, Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, الإِيْمَان نِصْفَان نِصْفٌ فِي الصَّبْرِ، وَنِصْفٌ فِي الشُّكْرِ “Iman itu terdiri atas dua perkara, separuhnya sabar, dan separuhnya yang lain adalah syukur.”[2] Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman dalam Al-Quran, إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ “Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.” QS. Ibrahim 5 Manusia terkadang diuji sehingga akhirnya mereka bersabar, dan terkadang diberi kenikmatan sehingga mereka bersyukur. Maka barangsiapa yang bisa menggabungkan keduanya hal tersebut maka imannya sempurna. Saking begitu agungnya sifat syukur ini sampai-sampai para ulama khilaf tentang mana yang lebih utama antara orang miskin yang bersabar atau orang kaya yang bersyukur. Ada yang mengatakan bahwasanya orang miskin yang bersabar lebih utama daripada orang kaya yang bersyukur, dan ada yang mengatakan bahwa orang kaya bersyukur lebih utama daripada orang miskin yang bersabar. Akan tapi yang benar menurut Ibnu Taimiyah rahimahullah adalah siapa di antara mereka yang lebih bertakwa kepada Allah maka dialah yang lebih utama, baik itu si miskin lebih bertakwa dengan kesabarannya ataukah si kaya lebih bertakwa dengan syukurnya, hal ini dikarenakan sabar dan syukur itu bertingkat-tingkat sehingga yang lebih utama di antara keduanya adalah yang paling bertakwa kepada Allah, [3] Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” QS. Al-Hujurat 13 Oleh karena itu, orang-orang saleh dan para nabi ada yang kaya dan ada yang juga yang miskin, yang paling utama afdhal di antara mereka adalah yang paling bertakwa, baik dengan kesabarannya atau dengan syukurnya. Syukur adalah ibadah yang sangat agung, oleh karenanya hanya sedikit dari hamba-hamba Allah yang bisa bersyukur. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” QS. Saba’ 13 Kita telah sering sampaikan bahwasanya betapa banyak orang diuji dengan kemiskinan dan mereka bisa bersabar dan berhasil sehingga mereka masuk surga, namun di sana banyak pula orang yang diuji dengan kekayaan ternyata dia tidak berhasil karena dia tidak bisa bersyukur sehingga dimasukkan ke dalam neraka. Oleh karenanya Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda, اطَّلَعْتُ فِي الجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الفُقَرَاءَ “Aku mendatangi surga maka kulihat kebanyakan penduduknya adalah orang miskin.”[4] Sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam ini merupakan dalil bahwasanya banyak orang yang diuji dengan kekayaan namun ternyata tidak lulus. Mengapa demikian? Sesungguhnya ujian kekayaan sangat menggoda dan sangat bisa membuat orang lupa diri, sombong dan angkuh, bisa membuat seseorang mudah bermaksiat. Adapun orang miskin, kalaupun jika mau bermaksiat dengan membeli narkoba atau membeli khamr misalnya, maka tidak bisa karena mereka tidak memiliki uang, mau pacaran tidak ada yang mau, karena tidak punya uang, akhirnya orang miskin bisa terhindar dari banyak bentuk kemaksiatan. Sehingga dengan tidak adanya sarana tersebut hatinya bisa jadi tidak terbetik untuk melakukan kemaksiatan-kemaksiatan tersebut. Adapun orang yang memiliki kekayaan sangat besar peluangnya untuk terjerumus dalam banyak bentuk kemaksiatan. Syukur memiliki syarat-syarat yang seseorang belum bisa dikatakan bersyukur kecuali dia memenuhi syarat-syarat tersebut. Syarat-syarat ini sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Thariiqul Hijratain dan Madaarij As-Salikin. Syarat-syarat syukur tersebut antara lain [5] الْاعْتِرَافُ بِالْقَلْبِ mengakui dalam hati Syarat syukur yang pertama adalah mengakui dalam hati, yaitu mengakui bahwa nikmat itu berasal dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Agar seseorang bisa mengakui dengan hatinya bahwa suatu nikmat asalnya dari Allah, maka dia harus mengetahui dua hal yaitu Pertama مَعْرِفَةُ النِعْمَةَ mengenali nikmat Hal pertama yang Anda harus lakukan agar bisa bersyukur dengan hati adalah dengan mengetahui nikmat itu sendiri. Jika Anda tidak mengetahui suatu nikmat maka bagaimana Anda bisa bersyukur. Ketahuilah bahwa tahapan pertama ini saja sudah banyak dilupakan oleh orang-orang. Dia tidak sadar bahwasanya kesehatan yang dia rasakan adalah nikmat, dia tidak sadar bahwasanya negeri kita yang aman seperti ini adalah nikmati, dia tidak sadar bahwasanya dia bisa memandang dan mendengar adalah nikmat yang luar biasa. Manusia juga sering kali tidak sadar bahwasanya oksigen yang mereka hirup dengan gratis adalah nikmat yang juga tidak kalah luar biasanya, betapa banyak orang yang harus mengeluarkan biaya yang besar hanya untuk bisa bernafas dengan baik melalui tabung oksigen. Intinya, manusia sering kali lupa bahwa semua itu adalah di antara nikmat-nikmat, akhirnya karena luputnya mereka dari mengenal nikmat-nikmat tersebut menjadikan mereka tidak bersyukur. Oleh karena itu, yang paling pertama agar seseorang bisa bersyukur adalah mengenal terlebih dahulu apakah itu suatu nikmat atau tidak, karena kalau seseorang tidak mengenal hakikat suatu nikmat maka pasti dia tidak bisa bersyukur. Nabi Ibrahim alaihissalam Allah sifati dalam firman-Nya, إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ، شَاكِرًا لِأَنْعُمِهِ “Sungguh, Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan, patuh kepada Allah dan hanif. Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik yang mempersekutukan Allah, dia mensyukuri nikmat-nikmat-Nya.” QS. An-Nahl 120-121 أَنْعُمِهِ merupakan wazan dari أَفْعُلْ yang artinya jamak yang menunjukkan sedikit kurang dari sepuluh, dan Asy-Syaukani rahimahullah mengatakan yaitu maksudnya Nabi Ibrahim alaihissalam mensyukuri nikmat-nikmat yang kecil. Jika Nabi Ibrahim alaihissalam mensyukuri nikmat-nikmat yang kecil, maka bagaimana lagi dengan nikmat-nikmat yang besar? Tentu beliau pasti mensyukurinya. [6] Adapun kita seringnya hanya bersyukur pada nikmat-nikmat yang besar dan tampak, seperti baru bersyukur setelah beli mobil, padahal kesehatan hakikatnya adalah nikmat yang lebih besar daripada itu namun kita sering luput dari menysukurinya. Oleh karena itu, untuk syarat pertama ini saja sudah banyak membuat kita gugur menjadi hamba yang bersyukur. Kedua مَعْرِفَةُ المُنْعِم mengenal pemberi nikmat Hal kedua yang seseorang harus ketahui setelah mengenali nikmat adalah dia harus tahu siapa pemberi nikmat. Kenyataannya, dalam hal ini masih banyak pula orang-orang yang gagal. Misalnya ketika dia dikasih hadiah oleh kawannya, dia lupa bahwasanya hadiah itu asalnya dari Allah, karena kawannya itu hanyalah sebab. Maka jika seseorang lupa kepada sang pemberi sesungguhnya maka dia sesungguhnya dia tidak bersyukur. Tahapan kedua ini sangatlah penting, yaitu kita harus mengetahui bahwa apa yang kita rasakan semua asalnya dari Allah. Adapun yang sampai kepada kita melalui tangan-tangan hamba-Nya baik itu melalui bos kita, melalui istri kita, melalui anak-anak kita, itu semua diatur oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Setelah mengetahui kedua hal di atas maka barulah seseorang mengakui dengan hati bahwa semuanya adalah nikmat dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu, al-I’tiraf bilqalbi ada dua hal, Pertama adalah mengetahui bahwa seluruh nikmat asalnya dari Allah, karena Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ “Dan segala nikmat yang ada padamu datangnya dari Allah.” QS. An-Nahl 53 Kedua adalah janganlah seseorang merasa bahwa dia pantas mendapatkan suatu nikmat, karena jika seseorang sudah merasa bahwa dia pantas mendapatkan kenikmatan tersebut maka seringnya menjadikan dia jatuh ke dalam sifat ujub, dan jika seseorang telah ujub maka mana mau dia bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Hal kedua ini juga tidak kalah pentingnya yaitu agar kita tidak merasa bahwa diri kita ini berhak mendapatkan nikmat. Misalnya saya seorang majikan dan memiliki pembantu, kalau pembantu saya bekerja baik maka pasti sebaik-baik perkerjaannya tetap saja yang pantas dia dapatkan mungkin berkisar 3-4 juta. Demikian pula dengan diri kita, shalat fardhu seringnya kita masih malas-malasan, shalat malam dikerjakan dengan kurang semangat atau bahkan ditinggalkan, sedekah masih jarang-jarang, berbakti kepada orang tua perhitungan, baca Al-Quran bisa dihitung jari, lantas bagaimana bisa kita mengatakan bahwa diri kita memang pantas nikmat tersebut? Sesungguhnya apa yang Allah berikan kepada kita di dunia itu jauh lebih banyak dan lebih besar daripada segala ibadah yang kita lakukan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Wahai saudaraku, dalam setiap harinya, berapa banyak waktu yang kita gunakan untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala? Taruhlah kita beribadah totalnya 2-5 jam dalam setiap harinya, lantas apakah dengan waktu ibadah yang sedikit itu menjadikan kita mendapat nikmat yang begitu banyak? Bukankah jika pembantu atau karyawan yang kita pekerjakan dan dia hanya bekerja selama 3-5 jam sehari, apakah kita pantas memberinya gaji maksimal? Tentu tidak, bisa jadi dengan waktu seperti itu dia hanya digaji sekitar 1-2 juta setiap bulannya. Demikianlah dengan kita, jangan pernah kita merasa bahwa kita berhak mendapatkan nikmat yang banyak, sesungguhnya nikmat itu Allah berikan karena karunia Allah, karena Allah memang Maha Baik, Allah Al-Karim, adapun kita sejatinya tidak berhak mendapat nikmat tersebut. Maka kapan kita merasa berhak mendapatkan nikmat tersebut, maka kita akan terkena penyakit ujub dan kita tidak akan pandai bersyukur. الشُّكْرُ بِاللِّسَانِ bersyukur dengan lisan Syarat syukur yang kedua adalah bersyukur dengan lisan. Bersyukur dengan lisan yaitu dengan dua hal Pertama adalah dengan banyak memuji Allah Subhanahu wa ta’ala. Di antara bentuk memuji Allah adalah dengan banyak mengucapkan “Alhamdulillah”. Mengucapkan “Alhamdulillah” ketika selesai makan, ketika selesai minum, ketika mengenakan pakaian, dan yang lainnya. Maka dengan banyak memuji Allah Subhanahu wa ta’ala, berarti kita telah mengakui bahwasanya semua karunia nikmat ini datangnya dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Kedua adalah dengan menceritakan nikmat yang didapatkan التَّحَدُّثُ بِالنِّعمَةِ. Menceritakan nikmat atau karunia ini maksudnya adalah kita cerita kepada orang-orang yang kita percayai, yang tidak hasad kepada kita, tentang nikmat yang kita dapatkan. Di antara hal mengapa kita harus sering-sering menyebut nikmat Allah tersebut adalah agar kita tidak lupa bahwa kita mendapatkan nikmat tersebut. Dan ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala, وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ “Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau sebut-sebut dengan bersyukur.” QS. Adh-Dhuha 11 Perlu untuk diketahui bahwa menceritakan nikmat di sini bukanlah menceritakan kepada semua orang, akan tetapi hanya kepada orang yang dekat dengan kita, sahabat kita yang tidak hasad sama kita, bukan malah menceritakan segala kenikmatan di sosial media yang akhirnya banyak orang bisa hasad kepada kita. Intinya, menyebut nikmat-nikmat tersebut adalah agar senantiasa ingat bahwa nikmat itu dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Ketiga adalah menggunakan lisan untuk menisbahkan nikmat kepada Allah. Kesalahan yang sangat fatal apabila kita tidak melakukannya. Ketahuilah bahwa dalam perkara inilah Qarun salah, dan orang-orang kafir juga salah karena mengatakan “Ini adalah hakku” sebagaimana ayat yang telah kita sebutkan sebelumnya, وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي “Dan jika Kami berikan kepadanya suatu rahmat dari Kami setelah ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, Ini adalah hakku’.” QS. Fushshilat 50 Qarun dan orang-orang kafir di sini salah karena tidak menisbahkan rahmat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Qarun dia berkata dengan mengatakan, إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي “Sesungguhnya aku diberi harta itu, semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” QS. Al-Qashash 78 Tentang Qarun, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam ayat-ayat sebelumnya, إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ “Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku zalim terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.” QS. Al-Qashash 76 Ada yang mengatakan bahwa Qarun masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi Musa alaihissalam yang hanya saja dia melakukan kezaliman kepada kaumnya. Intinya, Qarun adalah orang yang sangat kaya raya sampai Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa kunci-kunci perbendaharaan hartanya dipikul oleh banyak lelaki. Para Ahli Tafsir menyebut bahwasanya kunci-kunci perbendaharaan Qarun tersebut dipikul oleh empat puluh orang, ada yang mengatakan tujuh puluh orang, dan ada yang mengatakan dipikul oleh tujuh puluh bighol. [7] [8] Kalau kunci-kuncinya saja dipikul oleh orang atau hewan sebanyak itu maka tentu gudangnya juga sangat luas sekali. Saking banyaknya harta yang Qarun miliki akhirnya menjadikannya sombong. Akan tetapi kaumnya kemudian menasihatinya dengan berkata, إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ، وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ “Ingatlah ketika kaumnya berkata kepadanya, Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri’. Dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan’.” QS. Al-Qashash 76-77 Hukum asal dunia harta yang kita dapatkan dari Allah adalah untuk mencari akhirat. Oleh karena itu tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa harus seimbang antara dunia dan akhirat, namun yang benar adalah dunia harta yang didapatkan kita gunakan untuk keperluan akhirat, untuk bersyukur kepada Allah, untuk berbakti kepada orang tua, untuk haji dan umrah, untuk sedekah, semuanya adalah untuk akhirat. Adapun anjuran untuk tidak melupakan sebagian dari dunia maksudnya adalah seseorang yang mencari akhirat hendaknya tidak melupakan bagiannya dari dunia, dia bisa bersenang-senang dengan harta yang dia miliki. Berbeda dengan sebaliknya, jika dikatakan “Carilah dunia namun jangan lupakan akhiratmu”, maka seakan-akan menunjukkan bahwa bersenang-senang dengan dunia adalah hukum asal, akhirnya bisa menjadikan seseorang mencari dunia sepuasnya lalu ingat akhirat hanya sesekali saja. Oleh karena itu, di sini banyak orang yang salah paham tentang ayat ini, seharusnya yang benar adalah hendaknya seseorang senantiasa mencari akhirat dengan menjadikan dunia sebagai sarananya, namun jangan lupakan bagiannya dari dunia. Intinya, setelah dinasihati dan ditegakkan hujjah kepadanya, Qarun ternyata malah mengatakan bahwa dunia yang dia dapatkan semuanya karena ilmu yang dia miliki. Qarun dan orang-orang kafir yang Allah sebutkan dalam ayat ke-50 pada surah Fushshilat menunjukkan bahwa mereka salah karena dua hal, yaitu karena mereka tidak menisbahkan nikmat kepada Allah, atau mereka salah karena mereka merasa pantas untuk mendapatkan nikmat tersebut. Hal ini sebagaimana penafsiran para ulama tentang maksud perkataan Qarun “عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي”, yaitu para ulama menafsirkan bahwa maksudnya adalah Qarun berkata demikian karena dia pandai memiliki ilmu dalam bekerja dan mencari harta, atau maksudnya adalah ilmu Allah bahwasanya Qarun merasa berhak untuk mendapatkan harta tersebut. [9] Ini semua adalah kesalahan, karena kedua bentuk tersebut merupakan cerminan orang yang tidak bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. الشُّكْرُ بِالْجَوَارِحِ bersyukur dengan anggota tubuh Syarat syukur yang ketiga adalah bersyukur dengan anggota badan beramal. Di antara bentuk bersyukur dengan anggota tubuh yaitu Pertama adalah dengan menampakkan nikmat tersebut dan tidak mengingkarinya. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa seorang sahabat berkata, أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي ثَوْبٍ دُونٍ، فَقَالَ أَلَكَ مَالٌ؟ قَالَ نَعَمْ، قَالَ مِنْ أَيِّ الْمَالِ؟ قَالَ قَدْ آتَانِي اللَّهُ مِنَ الإِبِلِ، وَالْغَنَمِ، وَالْخَيْلِ، وَالرَّقِيقِ، قَالَ فَإِذَا آتَاكَ اللَّهُ مَالًا فَلْيُرَ أَثَرُ نِعْمَةِ اللَّهِ عَلَيْكَ “Aku mendatangi Nabi Shallallahu alaihi wasallam dengan baju yang lusuh, maka beliau bertanya Apakah engkau mempunyai harta?’ Ia menjawab, Ya’. Beliau bertanya lagi Harta apa saja?’ Ia menjawab, Allah telah memberiku unta, kambing, kuda dan budak’. Beliau bersabda Jika Allah memberimu harta maka tampakkanlah wujud dari nikmat-Nya padamu’.”[10] Artinya, jika seseorang itu diberikan harta oleh Allah maka tampakkanlah karunia Allah tersebut, kalau dia orang yang kaya maka janganlah dia memakai pakaian yang lusuh lagi kotor, karena dengan begitu seakan-akan dia tidak diberi nikmat oleh Allah. [11] Akan tetapi perlu diingat menampakkan kenikmatan yang Allah Subhanahu wa ta’ala berikan bukan berarti harus menggunakan mobil yang mahal-mahal, harus menggunakan pakaian yang super mahal, dan tidak pula harus menggunakan jam yang terlalu mahal, akan tetapi sekadar menunjukkan bahwa kita sedang nyaman karena nikmat yang Allah berikan kepada kita. Menampakkan kenikmatan yang Allah berikan adalah di antara bentuk syukur dengan anggota badan, namun yang perlu untuk diingat adalah jangan sampai dengan menampakkan kenikmatan tersebut membuat kita sampai pada derajat kesombongan. Di antara bentuk kesalahan lain dalam menampakkan kenikmatan yang didapatkan adalah setiap kali bertemu orang hanya bisa selalu mengeluh, dia mengeluhkan perekonomian yang dia alami, padahal kenyataannya uang masih terus dia bisa dapatkan. Akhirnya dia tidak bersyukur kepada Allah dengan apa yang ada pada dirinya, baik dengan perkataan maupun penampilannya. Kedua adalah nikmat tersebut digunakan untuk bertakwa kepada Allah. Contohnya seperti bersedekah, haji dan umroh, berbakti kepada orang tua, dan yang lainnya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman tentang beramal saleh, اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ “Beramallah wahai keluarga Daud untuk bersyukur kepada Allah. Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” QS. Saba’ 13 Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman kepada keluarga Daud yaitu Sulaiman alaihissalam agar dia beramal saleh sebagai bentuk syukur kepada Allah. Maka dari itu, bukti nyata seseorang bersyukur kepada Allah adalah dengan beramal saleh. Percuma orang-orang yang mengaku bahwa dirinya adalah orang yang bersyukur tapi dia tidak pernah bersedekah, malas shalat, malas ke masjid, malas berbakti kepada orang tua, maka pengakuan atas rasa syukurnya menjadi sebuah omong kosong belaka. Jika Anda bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala maka buktinya adalah dengan beramal saleh. Dan pada ayat ini pula Allah Subhanahu wa ta’ala mengingatkan bahwa hanya sedikit dari hamba-hamba-Nya yang bersyukur kepada-Nya. Ketiga adalah nikmat tersebut tidak digunakan untuk bermaksiat kepada Allah. Hendaknya seseorang berhati-hati agar jangan sampai kenikmatan yang dia dapatkan lantas digunakan untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Nabi Yusuf alaihissalam saat dia diajak berzina oleh Zulaikha, maka dia berkata, مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ “Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku Allah telah memperlakukan aku dengan baik.” QS. Yusuf 23 Yaitu Nabi Yusuf alaihissalam mengatakan bahwa bagaimana mungkin dia bisa berzina sementara Allah Subhanahu wa ta’ala telah memberinya begitu banyak kenikmatan. Oleh karena itu, tatkala di antara kita ada kecenderungan untuk bermaksiat maka ingatlah Allah, ingatlah bahwa Allah yang memberi kesehatan, Allah yang memberi harta dan perbendaharaan lainnya. Dengan mengingat segala kenikmatan yang Allah Subhanahu wa ta’ala maka kita akan malu untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Bukankah kita sudah sangat sering melihat orang-orang yang diambil sebagian dari diri mereka nikmat, mereka tidak melihat atau cacat pada anggota tubuh lainnya, namun ternyata mereka sangat rajin ke masjid. Lantas apakah kita yang dengan nikmat yang begitu lengkap malah menggunakan nikmat tersebut untuk bermaksiat? Inilah di antara tiga bentuk rukun syukur, yaitu bersyukur dengan hati, bersyukur dengan lisan, dan bersyukur dengan anggota tubuh. Hukum tidak menisbahkan nikmat kepada Allah Tidak menisbahkan nikmat kepada Allah telah kita sebutkan bahwa bisa dengan salah satu dari dua cara, yaitu merasa berhak mendapatkannya atau mengatakan bahwa kenikmatan itu karena kepandaiannya. Tidak menisbahkan nikmat kepada Allah ini hukumnya syirik asghar dari sis tauhid rububiyah. Tauhid rububiyah artinya adalah hanya Allah yang memberikan rezeki dan kenikmatan, akan tetapi ketika seseorang kurang mengakuinya dengan menyatakan bahwa seakan-akan memang sebab dia pandai sehingga rezeki tersebut datang, atau karena dia tahu bahwa dirinya berhak sehingga wajib bagi Allah untuk memberinya rezeki, maka dia terjerumus dalam syirik asghar berkaitan dengan tauhid rububiyah. Hal ini menunjukkan bagaimana pentingnya untuk kita berhati-hati dalam berkata-kata. Para ulama mengingatkan bahwa hendaknya kita berhati-hati tatkala kita mendapat kenikmatan, yaitu ketika orang bertanya tentang nikmat jangan sampai kita bangga sehingga seakan-akan menunjukkan tidak adanya andil Allah dalam mendapatkan nikmat tersebut. Hali ini menjadi berbahaya karena bisa menjerumuskan seseorang dalam syirik lisan. Seseorang bisa sombong biasanya karena dia lupa untuk menisbahkan nikmat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, adapun yang tahu bahwa semua kenikmatan yang dia dapatkan berasal dari Allah maka dia pasti tidak sombong. Matan Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwasanya dia mendengar Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda, إِنَّ ثَلاَثَةً فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ أَبْرَصَ وَأَقْرَعَ وَأَعْمَى، فأراد الله أَنْ يبْتَلِيَهُمْ، فَبَعَثَ إِلَيْهِمْ مَلَكًا، فَأَتَى الأَبْرَصَ، فَقَالَ أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ لَوْنٌ حَسَنٌ، وَجِلْدٌ حَسَنٌ، قَدْ قَذِرَنِي النَّاسُ، قَالَ فَمَسَحَهُ فَذَهَبَ عَنْهُ قَذَرُهُ، فَأُعْطِيَ لَوْنًا حَسَنًا، وَجِلْدًا حَسَنًا، فَقَالَ أَيُّ المَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ الإِبِلُ، – أَوْ قَالَ البَقَرُ، شَكَّ إِسْحَاقُ، إِنَّ الأَبْرَصَ، وَالأَقْرَعَ، قَالَ أَحَدُهُمَا الإِبِلُ، وَقَالَ الآخَرُ البَقَرُ-، فَأُعْطِيَ نَاقَةً عُشَرَاءَ، فَقَالَ بَارَكَ اللهُ لَكَ فِيْهَا. “Ada tiga orang dari Bani Israil yang menderita sakit. Yang pertama menderita penyakit abrash, yang kedua penyakit aqra’, dan yang ketiga buta. Kemudian Allah ingin menguji mereka bertiga, maka diutuslah malaikat kepada mereka. Maka datanglah malaikat tersebut kepada orang yang berpenyakit abrash dan bertanya kepadanya; Apa yang paling kamu sukai?’. Orang tersebut menjawab; Aku ingin rupa yang bagus, kulit yang indah, dan penyakit yang menjijikkan banyak orang ini hilang dariku’. Maka malaikat mengusap kulitnya dan hilanglah penyakit itu, serta ia diberi rupa yang bagus dan kulit yang indah. Kemudian malaikat bertanya lagi; Harta apa yang paling kamu sukai?’. Orang tersebut menjawab; Unta atau sapi’, -perawi Ishaq ragu bahwa orang yang berpenyakit abrash ataukah yang berpenyakit aqra’. Yang satu berkata unta dan yang lainnya berkata sapi-[12]. Maka dia diberi untuk yang sedang hamil sepuluh bulan, lalu malaikat berkata; Semoga Allah memberkahimu pada unta tersebut’.” وَأَتَى الأَقْرَعَ فَقَالَ أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ شَعرٌ حَسَنٌ، وَيَذْهَبُ عَنِّي هَذَا الّذِي قَدْ قَذِرَنِي النَّاسُ، قَالَ فَمَسَحَهُ فَذَهَبَ عنه وَأُعْطِيَ شَعرًا حَسَنًا، قَالَ فَأَيُّ المَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ البَقَرُ، قَالَ فَأَعْطَاهُ بَقَرَةً حَامِلًا، وَقَالَ بَارَكَ اللهُ لَكَ فِيْهَا “Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang berkepala botak berpenyakit aqra’ dan bertanya kepadanya; Apa yang paling kamu inginkan?’. Orang tersebut menjawab; “Saya ingin rambut yang indah dan menghilangkan penyakit menjijikkan di kepalaku yang membuat manusia lari dariku’. Maka malaikat itu mengusap kepala orang tersebut, dan seketika hilanglah penyakitnya, serta diberilah ia rambut yang indah. Kemudian malaikat bertanya lagi; Harta apa yang paling kamu senangi?’. Orang itu menjawab; Sapi’. Maka dia diberi seekor sapi yang sedang hamil lalu malaikat berkata; Semoga Allah memberkahimu pada sapi tersebut’.” وَأَتَى الأَعْمَى فَقَالَ أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ يَرُدُّ اللَّهُ إِلَيَّ بَصَرِي، فَأُبْصِرُ بِهِ النَّاسَ، قَالَ فَمَسَحَهُ فَرَدَّ اللَّهُ إِلَيْهِ بَصَرَهُ، قَالَ فَأَيُّ المَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ الغَنَمُ فَأَعْطَاهُ شَاةً وَالِدًا، “Kemudian malaikat mendatangi orang yang buta lalu bertanya kepadanya; Apa yang paling kamu inginkan?’. Orang ini menjawab; Semoga Allah berkenan mengembalikan penglihatanku, sehingga dengan penglihatan itu aku dapat melihat manusia’. Maka malaikat mengusap wajah orang tersebut dan seketika penglihatannya dikembalikan oleh Allah. Lalu malaikat bertanya lagi; Harta apa yang paling kamu senangi?’. Orang itu menjawab; Kambing’. Maka dia diberi seekor kambing yang akan melahirkan atau kambing yang sudah memiliki anak.” فَأُنْتِجَ هَذَانِ وَوَلَّدَ هَذَا، فَكَانَ لِهَذَا وَادٍ مِنْ إِبِلٍ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنْ بَقَرٍ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنْ غَنَمٍ “Maka kedua orang yang pertama tadi hewan-hewannya berkembang biak dengan banyak, begitu juga orang yang ketiga, sehingga yang pertama memiliki satu lembah unta, yang kedua memiliki satu lembah sapi, dan yang ketiga memiliki satu lembah kambing.” ثُمَّ إِنَّهُ أَتَى الأَبْرَصَ فِي صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ، فَقَالَ رَجُلٌ مِسْكِينٌ، قَدْ انْقَطَعَتْ بِيَ الحِبَالُ فِي سَفَرِي، فَلاَ بَلاَغَ لي اليَوْمَ إِلَّا بِاللَّهِ ثُمَّ بِكَ، أَسْأَلُكَ بِالَّذِي أَعْطَاكَ اللَّوْنَ الحَسَنَ، وَالجِلْدَ الحَسَنَ، وَالْمَالَ، بَعِيرًا أَتَبَلَّغُ عَلَيْهِ فِي سَفَرِي، فَقَالَ لَهُ إِنَّ الحُقُوقَ كَثِيرَةٌ، فَقَالَ لَهُ كَأَنِّي أَعْرِفُكَ، أَلَمْ تَكُنْ أَبْرَصَ يَقْذَرُكَ النَّاسُ، فَقِيرًا فَأَعْطَاكَ اللَّهُ؟ فَقَالَ إِنَّمَا وَرِثْتُ هَذَا الْمَالَ كَابِرًا عَنْ كَابِرٍ، فَقَالَ إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللَّهُ إِلَى مَا كُنْتَ “Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang sebelumnya berpenyakit abrash dengan menyerupai dirinya saat masih berpenyakit abrash lalu berkata; Saya orang miskin yang bekalku sudah habis dalam perjalananku ini, tidak ada yang dapat meneruskan perjalananku ini kecuali pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan Anda. Aku memohon dengan menyebut nama Allah yang telah memberimu warna dan kulit yang bagus, dan harta berupa unta-unta, apakah kamu mau memberiku bekal agar aku dapat meneruskan perjalananku ini?’. Maka orang ini berkata; Sesungguhnya hak-hakku sangat banyak untuk aku tunaikan’. Lalu Malaikat bertanya kepadanya; Sepertinya aku mengenal Anda, bukankah Anda dahulu orang yang berpenyakit kusta sehingga manusia menjauhimu, dan kamu dalam keadaan fakir lalu Allah memberimu harta?’. Orang ini menjawab; Aku memiliki semua harta ini dari warisan’. Maka malaikat berkata; Seandainya kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu kepada keadaanmu semula’.” وَأَتَى الأَقْرَعَ فِي صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ، فَقَالَ لَهُ مِثْلَ مَا قَالَ لِهَذَا، فَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَ مَا رَدَّ عَلَيْهِ هَذَا، فَقَالَ إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللَّهُ إِلَى مَا كُنْتَ “Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang dahulunya berpenyakit aqra’ dengan menyerupai dirinya saat berpenyakit aqra’, dan berkata kepadanya sebagaimana yang malaikat katakan kepada orang yang pertama, lalu orang yang dahulunya berpenyakit aqra’ ini menjawab seperti jawaban orang yang dahulunya berpenyakit abrash. Maka malaikat berkata; Seandainya kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu kepada keadaanmu semula’.” وَأَتَى الأَعْمَى فِي صُورَتِهِ، فَقَالَ رَجُلٌ مِسْكِينٌ وَابْنُ سَبِيلٍ وَتَقَطَّعَتْ بِيَ الحِبَالُ فِي سَفَرِي، فَلاَ بَلاَغَ اليَوْمَ إِلَّا بِاللَّهِ ثُمَّ بِكَ، أَسْأَلُكَ بِالَّذِي رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ شَاةً أَتَبَلَّغُ بِهَا فِي سَفَرِي، فَقَالَ قَدْ كُنْتُ أَعْمَى فَرَدَّ اللَّهُ إلي بَصَرِي، وَفَقِيرًا فَقَدْ أَغْنَانِي، فَخُذْ مَا شِئْتَ وَدَعْ مَا شِئْتَ، فَوَاللَّهِ لاَ أَجْهَدُكَ اليَوْمَ بِشَيْءٍ أَخَذْتَهُ لِلَّهِ، فَقَالَ أَمْسِكْ مَالَكَ، فَإِنَّمَا ابْتُلِيتُمْ، فَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنْكَ، وَسَخِطَ عَلَى صَاحِبَيْكَ “Kemudian malaikat mendatangi orang yang dahulunya buta dengan menyerupai dirinya saat masih buta, dan berkata kepadanya; Aku adalah orang miskin yang bekalku sudah habis dalam perjalananku ini, dan tidak ada yang dapat meneruskan perjalananku ini kecuali pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan Anda. Maka aku memohon kepadamu dengan nama Allah yang telah mengembalikan penglihatanmu, aku meminta seekor kambing saja untuk melanjutkan perjalananku’. Maka orang ini menjawab; Dahulu aku adalah orang yang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku, dan aku juga dahulu seorang yang fakir lalu Allah memberiku kecukupan, maka dari itu ambillah yang engkau sukai dan tinggalkan apa yang tidak engkau sukai. Demi Allah, aku tidak akan menghalangimu untuk mengambil sesuatu yang engkau mengambilnya karena Allah’. Maka malaikat itu berkata; Peganglah hartamu. Sesungguhnya kalian hanya diuji oleh Allah, dan Allah telah ridha Anda dan murka kepada kedua teman Anda’.” Syarah Rasulullah Subhanahu wa ta’ala bercerita tentang kisah orang-orang terdahulu, dan ini sebagaimana metode Al-Quran dalam memberi peringatan, yaitu dengan menyebutkan kisah-kisah orang terdahulu agar kita mengambil pelajaran dari kisah tersebut. Nabi Shallallahu alaihi wasallam menceritakan tentang tiga orang dari Bani Israil yang diuji oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dengan keburukan sekaligus diuji dengan kenikmatan. Dan kita tahu bahwa demikianlah Allah Subhanahu wa ta’ala terkadang memberi ujian kepada hamba-Nya dengan kebaikan dan terkadang pula dengan keburukan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala, كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami kamu akan dikembalikan.” QS. Al-Anbiya’ 35 Setelah ketiga orang Bani Israil tersebut diuji dengan keburukan, maka kemudian mereka diberi ujian dengan kenikmatan. Segala penyakit yang sebelumnya mereka alami hilang dan mereka menjadi sehat. Setelah itu, mereka juga masing-masing diberi unta, sapi, dan kambing, yang semuanya berkembang biak dengan banyak setelah didoakan keberkahan oleh malaikat. Ketahuilah bahwa didoakan malaikat adalah di antara hal yang luar biasa, dan di antara yang bisa mendapatkan doa malaikat adalah seorang yang mendoakan saudaranya sementara saudaranya tersebut tidak tahu. Sebagaimana dalam sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam, دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ “Doa seorang muslim untuk saudaranya sesama muslim dari kejauhan tanpa diketahui olehnya akan dikabulkan. Di atas kepalanya ada malaikat yang telah diutus, dan setiap kali ia berdoa untuk kebaikan, maka malaikat yang diutus tersebut akan mengucapkan Amin dan semoga engkau juga mendapatkan seperti itu’.”[13] Oleh karena itu, jikalau kita ingin doa kita dikabulkan oleh Allah maka hendaknya kita mendoakan saudara kita dengan apa yang kita cita-citakan inginkan. Jika kita ingin agar hutang kita lunas maka kita doakan saudara kita pula agar dilunaskan hutangnya, Jika kita ingin dimudahkan untuk berhaji dan umrah maka doakan saudara kita agar dimudahkan pula untuk berhaji dan umrah, karena dengan begitu malaikat akan mendoakan untuk kita apa yang kita doakan terhadap saudara kita. Oleh karena sebab doa malaikat sangat mudah untuk diijabah, maka di antara seorang yang harus berhati-hati adalah para istri yang tidak mau melayani suaminya. Jika suaminya ingin menggaulinya, kemudian tanpa alasan yang syar’i dia tidak mau melayani suaminya, kemudian suaminya tidur dalam kondisi marah, maka ingatlah sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam, إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ، فَأَبَتْ أَنْ تَجِيءَ، لَعَنَتْهَا المَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ “Jika seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur, lalu ia enggan untuk memenuhi ajakan suaminya, maka ia akan dilaknat Malaikat hingga pagi.”[14] Doa malaikat kepada seorang istri yang enggan melayani suaminya adalah doa keburukan, yaitu malaikat berdoa kepada Allah agar sang istri dijauhkan dari rahmat Allah Subhanahu wa ta’ala. Apakah Anda wahai para istri ingin didoakan keburukan oleh malaikat? Ingatlah bahwa doa malaikat sangat mudah untuk dikabulkan. Setelah beberapa waktu yang lama, di mana ketiga orang Bani Israil itu telah merasakan banyak kenikmatan dan lupa akan peristiwa malaikat yang datang kepadanya dan menyembuhkan mereka dengan izin Allah, malaikat kemudian mendatangi mereka dengan menyerupai diri-diri mereka saat masih sakit untuk menguji mereka. Akan tetapi dari ketiga orang tersebut, orang yang sebelumnya berpenyakit abrash dan aqra’ tidak lulus dengan ujian tersebut, mereka mengingkari nikmat harta yang mereka miliki datangnya dari Allah, mereka tidak menisbahkan nikmat kepada Allah, dan mengatakan bahwa harta tersebut adalah warisan nenek moyang mereka. Maka dari itu malaikat kemudian mendoakan kepada mereka keburukan. Adapun orang yang sebelumnya buta, dia lulus dari ujian kenikmatan yang Allah berikan kepadanya. Dia menyandarkan seluruh kenikmatan yang dia rasakan kepada Allah, dia menisbahkan nikmat penglihatannya kepada Allah. Oleh karena dia bersyukur kepada Allah, dia pun memberikan kepada malaikat yang menjelma sebagai manusia tersebut kambing yang dia kehendaki. Ada beberapa tafsiran para ulama atas perkataan orang buta yang mengatakan “أَجْهَدُكَ” aku tidak akan memberatkanmu. Ada yang mengatakan أَجْهَدُكَ maksudnya adalah orang itu berkata “Ambil saja, aku tidak merasa berat”. Pada riwayat yang lain disebutkan لَا اُحَمِّدُكَ yaitu maksudnya “Aku tidak membutuhkan pujianmu, ambillah yang engkau suka”, bahkan dalam riwayat yang lain لَا أَحْمَدُكَ yaitu maksudnya “Aku tidak memujimu jika engkau meninggalkan sesuatu karena merasa sungkan”. [15] Intinya, orang yang sebelumnya buta tersebut berhasil dalam menjalani ujian kenikmatan yang Allah berikan kepadanya, dan dia bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Faedah Kisah Ada beberapa faedah dari kisah dalam hadits di atas yang bisa kita ambil di antaranya Pertama Tidak mengapa menceritakan kisah-kisah orang terdahulu selama kisah tersebut benar dan membawakan faedah. Terkadang, metode dakwah dengan menceritakan kisah-kisah itu baik, akan tetapi jangan terus-terusan atau mencukupkan dalam metode tersebut. Kedua Bersyukur kepada Allah dengan menisbahkan nikmat kepada Allah menjadikan nikmat tersebut dijaga oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Lebih daripada itu, bahkan sangat mungkin untuk ditambah oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, sebagaimana dalam firman-Nya, لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat berat.” QS. Ibrahim 7 Maka adapun lupa untuk tidak bersyukur kepada Allah, tidak menisbahkan nikmat tersebut kepada Allah akan menyebabkan nikmat tersebut dicabut, sebagaimana yang dialami oleh orang yang berpenyakit abrash dan aqra’, karena dzahirnya doa malaikat kabulkan. Ketiga Orang yang qona’ah akan lebih mudah untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Contohnya seperti orang yang awalnya buta, dia qona’ah dengan hanya meminta agar bisa melihat kembali, dia tidak meminta yang berlebihan seperti ingin mata yang lentik atau mata yang tajam, akhirnya dia lebih mudah untuk bersyukur kepada Allah. Berbeda dengan orang yang tamak seperti orang yang berpenyakit abrash dan aqra’, karena mereka bukan hanya sekadar meminta kesembuhan, mereka meminta kesembuhan dan kulit serta rambut yang bagus, akhirnya keduanya sulit untuk bersyukur. Selain itu, orang yang berpenyakit abrash dan aqra’ ketika ditawarkan harta, mereka meminta unta dan sapi, adapun orang yang buta yang meminta kambing dan dia merasa cukup dengan itu. Oleh karena itu, tatkala seorang punya sifat qona’ah, maka dia mudah bersyukur kepada Allah, adapun orang yang tamak tidak pernah bersyukur karena dia selalu merendahkan apa yang dia dapatkan, sehingga selalu ingin lagi dan lagi. Keempat Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan kenikmatan dan juga dengan kesulitan. Hal ini sebagaimana Allah menguji mereka bertiga dengan penyakit, kemudian Allah juga menguji mereka bertiga dengan kekayaan. Kelima Malaikat bisa menjelma menjadi manusia dengan bentuk yang Allah kehendaki. Keenam Doa malaikat sangat mudah untuk dikabulkan Ketujuh Boleh seseorang menyamar. Malaikat yang disebutkan dalam hadits menyamar dalam bentuk yang lain untuk memuji. Maka yang demikian hukumnya boleh jika ada maslahatnya. Misalnya seorang pemimpin menyamar menjadi seseorang yang tidak dikenali oleh anak buahnya, kemudian dia datang mengecek pekerjaan karyawannya, maka hal demikian tidak mengapa. Kedelapan Jika kita berdoa dengan suatu yang tidak pasti, maka kita boleh berdoa dengan doa muallaq doa dengan syarat. Yaitu seperti doa malaikat dalam hadits ini yang berkata, إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللَّهُ إِلَى مَا كُنْتَ “Seandainya kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu kepada keadaanmu semula.” Maka jika kita mendoakan seorang untuk kebaikan atau keburukan dan kita ragu, maka jangan kita langsung doakan dengan doa tersebut, akan kita mengatakan dengan kalimat “kalau memang”. Misalnya seorang ragu apakah orang meninggal yang akan dia doakan meninggal dalam keadaan muslim atau kafir, maka dia boleh berdoa dengan berkata “Ya Allah kalau memang dia seorang muslim maka ampuni dia”. Hal ini disebutkan dalam kitab-kitab fikih Syafi’iyah, yaitu kalau semisal terdapat jenazah yang bercampur antara muslim dan kafir, sementara yang muslim harus dishalatkan, maka tidak mengapa dia dengan doa muallaq. [16] Dalil akan hal ini di antaranya adalah kisah perkataan malaikat ini, dan juga doa istikharah yang Nabi Shallallahu alaihi wasallam ajarkan, اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ العَظِيمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلَّامُ الغُيُوبِ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي – أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ – فَاقْدُرْهُ لِي، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي – أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ – فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ، وَاقْدُرْ لِي الخَيْرَ حَيْثُ كَانَ، ثُمَّ رَضِّنِي بِه “Ya Allah jika Engkau mengetahui urusanku ini adalah baik untukku dalam agamaku, kehidupanku, serta akibat urusanku -atau berkata; baik di dunia atau di akhirat- maka takdirkanlah untukku serta mudahkanlah bagiku dan berilah berkah kepadaku. Adapun sebaliknya jika Engkau mengetahui bahwa urusanku ini buruk untukku, agamaku, kehidupanku, serta akibat urusanku, -atau berkata; baik di dunia ataupun di akhirat- maka jauhkanlah aku daripadanya, serta takdirkanlah untukku yang baik-baik saja, kemudian jadikanlah aku ridha dengannya.”[17] Kesembilan Tidak mengapa kita menyebutkan masa lalu buruk seseorang dalam rangka untuk mengingatkan dan bukan untuk mencela. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh malaikat kepada dua orang dari Bani Israil, malaikat menyebut masa lalu orang yang berpenyakit abrash guna untuk mengingatkannya, dan juga malaikat menyebut masa lalu orang yang berpenyakit aqra’ guna untuk mengingatkannya pula akan nikmat Allah. Maka perlu untuk diingat bahwa mengingatkan akan masa lalu hanya boleh jika dalam rangka untuk menasihati, dan tidak boleh jika dalam rangka untuk mencela atau mengejek. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ “Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.” QS. Al-Hujurat 11 Artikel ini penggalan dari Buku Syarah Kitab At-Tauhid Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA. _______________________ [1] Berkata imam Ibnu Al-Qoyyim rahimahullahu Ta’ala وَلْيَحْذَرْ كُلَّ الْحَذَرِ مِنْ طُغْيَانِ ” أَنَا “، ” وَلِي “، ” وَعِنْدِي “، فَإِنَّ هَذِهِ الْأَلْفَاظَ الثَّلَاثَةَ ابْتُلِيَ بِهَا إِبْلِيسُ وفرعون، وقارون، فَأَنَا خَيْرٌ مِنْهُ لِإِبْلِيسَ، وَ {لِي مُلْكُ مِصْرَ} [الزخرف 51] لفرعون، وَ {إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي} [القصص 78] لقارون. وَأَحْسَنُ مَا وُضِعَتْ ” أَنَا ” فِي قَوْلِ الْعَبْدِ أَنَا الْعَبْدُ الْمُذْنِبُ، الْمُخْطِئُ، الْمُسْتَغْفِرُ، الْمُعْتَرِفُ وَنَحْوِهِ. ” وَلِي “، فِي قَوْلِهِ لِيَ الذَّنْبُ، وَلِيَ الْجُرْمُ، وَلِيَ الْمَسْكَنَةُ، وَلِيَ الْفَقْرُ وَالذُّلُّ ” وَعِنْدِي ” فِي قَوْلِهِ ” اغْفِرْ لِي جِدِّي، وَهَزْلِي، وَخَطَئِي، وَعَمْدِي، وَكُلَّ ذَلِكَ عِنْدِي “. “Dan seseorang harus benar berhati-hati dari keangkuhan “Akulah” dan “milikku” dan “padaku”. sesungguhnya ketiga lafazh ini merupakan bencana Iblis, Fir’aun, dan dan Qorun. Dan “Akulah lebih baik darinya” adalah ucapan iblis. Dan “milkkulah kerajaan mesir” adalah ucapan Fir’aun. Dan “Sungguh aku mendapatkannya karena ilmu yang ada padaku” adalah ucapan Qorun. Dan sebaik-baik penggunaan kalimat “Akulah” adalah pada ucapan seorang hamba “Aku adalah hamba yang pendosa, suka berbuat salah, yang senantiasa meminta ampun pada Allah Azza wa Jalla, yang senantiasa mengakui dosa-dosanya dan yang semisalnya. Dan penggunaan “Milikku” adalah pada ucapan hamba “Aku memiliki dosa”, “Aku memiliki keburukan”, “Aku memiliki kerendahan”, “Aku memiliki kefakiran dan kehinaan”. Dan ucapan “padaku” pada ucapan seorang hamba “Ampunilah dosa-dosaku, baik yang serius, atau bercanda, dan kesalahanku, atau kesengajaanku, dan sungguh semua itu ada padaku” Zaad Al-Ma’ad, 2/434-435 [2] Madaarij As-Saalikin 2/151 [3] Lihat perinciannya di dalam kitab Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyyah, 11/122-132. [4] HR. Bukhari no. 3241 [5] Thoriqu Al-Hijrotain, Ibnu Al-Qoyyim, 1/95-dst. Madarij As-Salikin, Ibnu Al-Qoyyim, 2/234-dst. [6] Fathu Al-Qodir, As-Syaukani, 3/241 [7] Bighol adalah anak hasil persilangan antara kuda dengan keledai. [8] Tafsir At-Thabari, 19/618-619 [9] Ulama tafsir berselisih dalam makna ayat ini menjadi lima pendapat Karena aku memiliki ilmu tentang pembuatan emas. Karena Allah Azza wa Jalla ridha terhadapku. Karena Allah Azza wa Jalla mengetahui adanya kebaikan padaku. Karena keutamaan ilmuku. Karena pengetahuanku tentang cara untuk menghasilkan harta. Lihat Zadu Al-Masir, Ibnu Al-Jauzi, 3/393 Meskipun hakikatnya, perselisihan mereka semua kembali kepada Apakah ia menisbatkan kepada dirinya, atau menerut Allah Azza wa Jalla memang dia berhak/pantas mendapatkannya. [10] HR. Abu Daud no. 4063 [11] Berkata Asy-Syaukani rahimahullahu Ta’ala فَمَنْ لَبِسَ مِنْ الْأَغْنِيَاءِ ثِيَابَ الْفُقَرَاءِ صَارَ مُمَاثِلًا لَهُمْ فِي إيهَامِ النَّاظِرِ لَهُ أَنَّهُ مِنْهُمْ. وَذَلِكَ رُبَّمَا كَانَ مِنْ كُفْرَانِ نِعْمَةِ اللَّهِ عَلَيْهِ، وَلَيْسَ الزُّهْدُ وَالتَّوَاضُعُ فِي لُزُومِ ثِيَابِ الْفَقْرِ وَالْمَسْكَنَةِ؛ لِأَنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ أَحَلَّ لِعِبَادِهِ الطَّيِّبَاتِ وَلَمْ يَخْلُقْ لَهُمْ جَيِّدَ الثِّيَابِ إلَّا لِتُلْبَسَ مَا لَمْ يَرِدْ النَّصُّ عَلَى تَحْرِيمِهِ. “Dan orang kaya yang memakai pakaian orang-orang faqir, maka ia telah menyerupai mereka, memberikan kesan seakan-akan menurut orang yang melihatnya bahwa ia termasuk dari orang-orang faqir. Dan yang demikian bisa jadi termasuk kufur terhadap nikmat Allah Azza wa Jalla atasnya, dan tidaklah zuhud dan tawadhu’ itu dengan senantiasa menggunakan pakaian orang-orang faqir miskin. Karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menghalalkan untuk hamba-hambanya segala sesuatu yang baik-baik. Dan tidaklah pakaian yang bagus itu diciptakan melainkan untuk digunakan, selagi tidak ada dalil tentang pengharamannya”. Nailu Al-Author, Asy-syaukani, 8/253 [12] Yang benar adalah orang yang berpenyakit abrash yang meminta unta dan orang yang berpenyakit aqra’ yang meminta sapi. Karena perowi sendiri ketika menyebutkan pada orang yang berpenyakit botak, beliau hanya mencukupkan dengan sapi, tanpa menyebutkan keraguan sebagaimana sebelumnya. [13] HR. Muslim no. 2733 [14] HR. Bukhari no. 5193 [15] Ikmal Al-Mu’lim Bi Fawaid Muslim, Al-Qodhi Iyadh, 8/517 [16] Lihat Al-Majmu’ syarh Al-Muhadz-Dzab, An-Nawawi, 5/258, Mughni Al-Muhtaj, Al-Khothib Asy-Syarbini, 2/49. [17] HR. Bukhari no. 6382 Bersyukurkepada manusia dengan berbagai cara kebaikan merupakan bagian dari akhlak Islam yang sangat dianjurkan, bahkan tidak dianggap bersyukur kepada Allah, jika seseorang tidak bersyukur kepada manusia. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda : “ Tidaklah bersyukur kepada Allah, Orang yang tidak bersyukur kepada manusia”. Apakah tips atau cara bersyukur kepada Allah yang boleh kita amalkan dalam kehidupan ini? Artikel pada kali ini akan berkongsi kepada anda beberapa cara bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah. Maksud bersyukur Syukur atau berterima kasih dari segi bahasa bermaksud menunjukkan perasaan senang dan menghargai. Manakala perkataan ini dari segi istilah adalah pengakuan bahawa semua kenikmatan adalah pemberian dari Allah SWT. Jenis-jenis nikmat Allah kepada manusia Sebagai seorang manusia, kita sebenarnya diberikan oleh Allah SWT lima jenis nikmat yang sangat istimewa. Berikut adalah antara nikmat yang patut kita syukuri 1. Nikmat fitriyah Nikamt fitriyah adalah nikmat yang ada pada diri kita sendiri. Contohnya, Allah memberikan kita kehidupan, ada tangan, kaki, mempunyai wajah yang menawan, dan sempurna pada anggota badan yang lain juga. 2. Nikmat ikhtiyariyah Nikmat ikhtiyariyah adalah nikmat yang diperoleh atas usaha kita. Contohnya, mempunyai harta yang baik, kedudukan yang tinggi, keilmuan yang tinggi, pangkat yang hebat, dan lain-lain perkara kebendaan di dunia ini. 3. Nikmat alamah Nikmat alamah adalah alam sekitar kita. Jika tidak ada nikmat alamah ini, maka kita sebagai manusia tidak mampu untuk hidup. Contoh nikmat ini adalah seperti air, udara, tanah, dan sebagainya. 4. Nikmat diiniyah Nikmat diiniyah adalah nikmat agama Islam. Ini adalah nikmat terbesar yang melengkapi keseluruhan nikmat yang lain. Dilahirkan sebagai seorang Islam sesuatu yang banyak mendatangkan kebaikan dan keberuntungan kepada kita. 5. Nikmat ukhrowiyah Nikmat ukhrowiyah adalah nikmat akhirat. Nikmat inilah yang akan kita petik nanti jika telah dihisab di yaumil mahsyar. Ia tergantung dari apa yang kita perbuat sewaku di dunia. Cara bersyukur dalam kehidupan Setiap nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita, sebenarnya tidak terkira dan sudah tentu tidak mampu untuk kita balas satu persatu. Bersyukur diperintahkan oleh Allah seperti mana yang difirmankan Nya dalam surah Al-Nahl, ayat 114 وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّـهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ Maksudnya “Bersyukurlah akan nikmat Allah, jika benar kamu hanya menyembah-Nya semata-mata.” Berikut adalah cara bersyukur yang boleh anda amalkan 1. Sentiasa memuji Allah atas segala nikmat yang dikurniakan Memuji Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan ini boleh dilafazkan dengan lafaz hamdalah ٱلْحَمْدُ لِلَّٰهِ yang bermaksud segala puji bagi Allah. Lafaz ini bukan sahaja memberikan kita pahala setaip kali dilafazkan, bahkan ia juga menunjukkan bahawa kita adalah hamba Nya yang bersyukur dengan nikmat tersebut. 2. Buat amalan baik sebagai bentuk tanda kesyukuran Apa jua amalan baik yang kita lakukan di dunia ini dengan niat kerana Allah, sesungguhnya itu sudah menunjukkan cara bersyukur kita kepada Allah. Dengan melakukan banyak amal kebaikan, kita secara tidak langsung turut meningkatkan ketakwaan diri kepada Allah. Bukankah itu yang diperintahkan Allah kepada seluruh manusia untuk sujud dan patuh kepada perintah Nya? Dalam surah Ali-Imran, ayat 102 Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman betakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa kepada Nya dan jangan kalian mati kecuali dalam keadaan Islam.” 3. Bangun menunaikan solat malam Solat malam mendekatkan diri kita kepada Allah dengan keadaan yang lebih khusyuk dan tenteram. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan daripada Aisyah Nabi SAW berdiri solat malam sehingga pecah kedua kaki Baginda. Lalu beliau bertanya kepada Baginda SAW “Kenapa engkau lakukan ini, hai Rasulullah? Bukankah Allah SWT telah mengampunkan dosamu yang telah lalu dan akan datang? Lalu Baginda SAW menjawab يَا عَائِشَةُ أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا Maksudnya “Wahai Aisyah! Tidakkah engkau menyukai aku menjadi hamba yang bersyukur.” Hadis Riwayat al-Bukhari, 4837 4. Selalu mengingati Allah dalam hati Mengingati Allah dalam hati bermaksud kita perlu mengakui dan percaya didalam hati bahawa segala nikmat yang dikecapi adalah pemberian daripada Allah SWT. Seseorang yang bersyukur dari hati ini akan menerima segala bentuk pemberian Allah kepadanya dengan hati yang ikhlas dan redah tanpa rasa kecewa sedikit pun apabila yang diberikan sedikit atau tidak seperti yang diharapkan. Mengingati Allah akan membuatkan hati kita berasa aman dan tenteram. Seperti yang dirakamkan dalam surah Ar-Ra’d ayat 28 الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ Maksudnya “yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” 5. Memberi kepada orang yang memerlukan Allah akan menambahkan kita rezeki yang melimpah ruah apabila kita sentiasa melazimkan diri memberi atau berkongsi rezeki kepada orang lain. Begitulah konsep mudah untuk kita bersyukur. Ia boleh kita lakukan seperti memperbanyakkan bersedekah kepada orang lain, membantu orang lain dikala susah, dan apa jua perbuatan yang apabila dibuat ia memudahkan atau menyenangkan orang lain. 6. Berasa cukup Kita tidak akan pernah rasa cukup dengan apa jua nikmat yang diberikan sekiranya kita tidak didik hati dengan sifat qanaah. Hal ini kerana, fitrah manusia itu sentiasa mahukan hidup yang sennag dan serba mewah. Namun, jika mewah dunia yang dicari, maka kita tidak akan pernah sampai kepada puncak kepuasan hati. Sebagai seorang Mukmin yang menyedari kehidupan ini hanya sementara, kita perlu sedar bahawa harta dunia yang dicari akan hadir bersama tanggungjawab cukup besar. Di sinilah perlunya mendidik hati dengan sifat qanaah agar kita rela dan redha menerima serta menjauhkan diri daripada rasa tidak puas atau kurang senang. 7. Menjaga kenikmatan dari rosak Nikmat yang diberikan Allah adalah amanah buat kita. Semakin besar nikmat itu, maka semakin besar jugalah rasa tanggungjawab kita terhadapnya. Justeru itu, menjaga kenikmatan tersebut dari tercemar adalah usaha yang perlu kita lakukan sebaik mungkin. 8. Merenung nikmat-nikmat Allah Bangun sahaja kita daripada tidur, itu sudah ribuan nikmat yang Allah berikan kepada kita tanpa kita sedar. Bayangkan Allah bangunkan kita dari tidur, tetapi Allah memberhentikan hanya satu saluran darah kita di bahagian kaki. Apakah keadaan kita pada saat itu? Cukup besar dan banyak nikmat yang diberikan Allah kepada hamba Nya bahkan melebihi buih di lautan. Sebagaimana firman Allah SWT وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا Maksudnya “Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirehat.” – Surah An-Naba, ayat 9 9. Jangan selalu lihat ke atas tetapi lihat juga di bawah Mereka yang bersyukur tidak akan melihat ke atas sentiasa, sebaliknya pancaindera mereka juga menjurus ke bawah. Mereka yang hanya pandang ke atas adalah orang-orang yang sombong dengan apa yang dimiliki. Jika kita tidak melihat ke bawah, kita tidak akan mampu untuk menyelami kesusahan dan kesempitan hidup orang lain. 10. Sentiasa mengucapkan terima kasih kepada orang lain Akhir sekali, cara bersyukur dengan nikmat Allah adalah selalu berterima kasih kepada orang lain. Dengan mengungkapkan rasa syukur melalui ucapan atau lisan ia boleh dijadikan sebagai bentuk dari upaya kita bersyukur kepada Allah SWT. Diharapkan artikel berkenaan dengan cara bersyukur ini dapat memberikan anda informasi yang bermanfaat dan ilmu pengetahuan yang berguna. Rujukan Al-Kafi 1110 Cara Menzahirkan Rasa Syukur Kepada Allah SWT. Mufti Wilayah Persekutuan Hindari Kufur Nikmat, Ini 6 Cara Mudah Bersyukur Kepada Allah. The Asian Parent Bagaimana Menzahirkan Kesyukuran? Beana Home Quran 3 Bentuk Rasa Syukur Kepada Allah. Haraki

Pertamakali yang perlu diketengahkan disini adalah hadist yang diriwayatkan Abi Bakroh r.a. : “Aku benar-benar mendapatkan suatu nasehat yang sangat bermanfaat di dalam mengambil sikap di dalam tragedi ‘Perang Jamal’ (Perang Unta), ketika Rasululullah saw mendengar berita Bangsa Persia mengangkat putri dari Raja Kisra untuk memegang

Bersyukurlah Bismillahirrahmanirrahim “Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat berat.” QS. Ibrahim, 14 7 Ayat ini adalah salah satu ayat penenang jiwa sekaligus peringatan yang keras. Di satu sisi, ayat ini memotivasi manusia, tetapi di sisi lainnya menunjukkan betapa tegasnya Allah kepada manusia. Orang yang bersyukur kepada Allah maka pasti Allah akan menambah nikmat kepadanya. Al-Imam Ibnu Qayyim dalam kitabnya Al-Wabilush Shayyib, mengatakan bahwa cara mengikat nikmat Allah adalah dengan mensyukurinya. Jika bersyukur maka nikmat Allah akan terus terikat kepada kita, tidak akan terlepas, tidak akan pergi, bahkan Allah menambahnya lagi dan lagi. Mari kita lihat contoh mudahnya berikut ini. Seorang yang bersyukur hari ini bisa makan, walaupun hanya makan nasi maka akan Allah tambahkan nikmat kepadanya. Bisa jadi, esok hari dia bisa makan dengan nasi dan tempe. Lalu, dia bersyukur lagi kepada Allah atas nikmat ini. Allah pun akan tambahkan nikmat kepadanya. Bisa jadi, esok harinya dia bisa makan dengan nasi, tahu, dan telor. Lalu, dia bersyukur lagi kepada Allah atas nikmat ini. Maka akan Allah tambahkan lagi. Seterusnya seperti itu. “Jika kamu bersyukur maka akan Aku tambah nikmat-Ku”. Suatu pelajaran bagi kita bahwa kita harus terus menerus bersyukur agar nikmat tersebut terikat terus dengan diri kita. Perlu kita sadari bahwa sesungguhnya nikmat atau rezeki dari Allah itu tidak hanya berupa materi, uang, atau harta saja. Begitu banyak bentuk nikmat Allah yang kita peroleh. Anggota tubuh yang sempurna, kesehatan, udara yang kita hirup, keluarga yang hangat, berbagai ilmu, teman yang saleh, dan taufik untuk bisa beribadah merupakan nikmat Allah yang tiada tara. Tentu saja, yang paling utama bagi kita adalah nikmat iman dan Islam. Sungguh beruntung orang yang memiliki kedua nikmat ini dan orang yang mensyukurinya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.” QS. An-Nahl, 16 18 Nikmat bagi Setiap Orang Tidaklah Sama Kita tidak bisa membandingkan diri kita dengan orang lain. Misalkan si A adalah orang kaya yang banyak hartanya. Dia juga adalah hamba yang selalu bersyukur kepada Allah atas apa yang dia miliki. Maka Allah tambahkan lagi harta untuk si A. Namun, ada si B, bisa dikatakan dia adalah orang miskin karena tak punya harta. Namun, saat dia mendapat rezeki dari Allah untuk mencukupi kebutuhan primernya, dia senantiasa bersyukur. Allah pun tambahkan lagi nikmat kepadanya. Dua orang dengan kondisi yang terlihat berbeda, tetapi sebenarnya hakikatnya adalah sama. Kedua orang tersebut selalu bersyukur kepada Allah atas nikmat dan rezeki yang diperolehnya maka Allah menepati janji-Nya dengan menambahkan nikmat kepada tiap orang tersebut. Hanya saja, bentuk nikmat yang Allah berikan untuk keduanya berbeda bentuk, setidaknya dari apa yang terlihat oleh mata kita. Nikmat si A adalah bertambah harta dan kekayaan, sedangkan si B, adalah dengan tercukupinya kebutuhan primernya, bisa makan, punya tempat tinggal, tidak punya utang, atau bisa membeli sesuatu saat dia sedang membutuhkannya. Bukanlah besarnya harta yang menjadi patokan nikmat Allah, tapi tentu setiap diri dapat merasakan jika dirinya telah ditambahkan nikmat oleh Allah. Diri yang bersyukur akan merasa qonaah, cukup dengan apapun yang Allah berikan. Dia tidak akan membandingkan kepunyaannya dengan kepunyaan orang lain. Bersyukur saat Kesulitan? Segala sesuatu yang terjadi pada kita, baik itu kesenangan maupun kesulitan, haruslah disyukuri. Bersyukur karena kita mendapat kesenangan atau sesuatu yang membuat kita bahagia tentu mudah, bukan? Misalnya, saat kita mendapat uang, secara spontan kita akan bersyukur dengan mengucapkan Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Lalu, bagaimana kita bisa bersyukur dalam kesulitan? Seorang ulama menjelaskan, ternyata dalam keadaan yang terasa paling sulit pun, pasti ada sesuatu yang bisa disyukuri. Mungkin tidak mudah mensyukuri suatu keadaan yang sulit, tapi yakinlah bahwa Allah tidak akan pernah menjadikan sesuatu dengan sia-sia. Pasti ada hikmah di balik semua kejadian, pasti ada nikmat di balik semuanya, yang sekali lagi, harus disyukuri. Mungkin kita tidak akan langsung merasakan nikmatnya, tetapi suatu saat nanti akan terasa hikmah dan nikmat dari kejadian tersebut. Oleh karenanya, tak ada satupun yang tidak bisa kita syukuri karena sejatinya semua yang ada pada kita adalah nikmat dari Allah. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman “Maka dia Sulaiman tersenyum lalu tertawa karena mendengar perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”” QS. An-Naml,27 19 Ayat tersebut mengandung doa di dalamnya, yaitu doa agar kita senantiasa bersyukur kepada Allah atas pemberian-Nya. Azab bagi Orang yang Tidak Bersyukur Lalu, bagaimana jika seseorang tidak bersyukur? Jika seseorang tidak bersyukur atas nikmat Allah maka nikmat tersebut akan terlepas dari dirinya, nikmat Allah akan berkurang dari dirinya, dan akan hilang dari dirinya. Bahkan berdasarkan Ibrahim ayat 14 di atas, bukan hanya dikurangi nikmatnya, bukan hanya dihilangkan rezekinya, namun diberi azab. Ya, Allah menegaskan orang yang ingkar atas nikmat Allah maka akan diberi azab yang sangat pedih. Naudzubillah. Akhir dari sikap ingkar atau tidak bersyukur adalah diberinya azab yang sangat pedih. Sungguh suatu kerugian yang berlipat-lipat. Oleh karenanya, marilah berdoa agar kita semua menjadi orang yang pandai bersyukur kepada Allah. Sesungguhnya apa yang ada pada kita, yang terjadi pada kita adalah suatu nikmat dari Allah maka bersyukurlah. Niscaya Allah akan menambah dan menambah dan menambah nikmat-Nya kepada kita. Wallahu’alam bishawab.
Ancamandan Bahaya Untuk Orang yang Kufur Nikmat. Alloh berfirman yang artinya, “Dan (ingatlah juga) ketika Robb kalian mengatakan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka ketahuilah sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih’.” (QS. 14: 7).
Teks Jawaban Syukur adalah balasan atas kebaikan. Serta sanjungan terbaik kepada orang yang telah memberikan kebaikan. Yang paling berhak mendapatkan syukur dan sanjungan seorang hamba adalah Allah Jalla Jalaluhu. Karena agungnya kenikmatan yang diberikan kepada para hamba-Nya baik agama maupun dunia. Dimana Allah telah memerintahkan kepada kita untuk mensyukuri nikmat-nikmat itu dan tidak mengingkarinya. Allah berfirman فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ البقرة/ 152 “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.” QS. Al-Baqarah 152 Kedua Orang yang paling besar menunaikan perintah ini dan menyukuri Tuhannya serta berhak mendapatkan gelar Orang yang bersyukur dan Pandai bersyukur adalah para Nabi dan dan para utusan-Nya alaihimus salam. Allah berfirman إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتاً لِلَّهِ حَنِيفاً وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ . شَاكِراً لَأَنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ النحل/ 120 ، 121 “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, lagi yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.” QS. An-Nahl 120-121. Allah juga berfirman yang artinya, “yaitu anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba Allah yang banyak bersyukur.” QS. Al-Isro’ 3. Ketiga Allah telah menyebutkan sebagian nikmat-nikmat-Nya kepada para hamba-Nya dan memerintahkan mereka untuk mensyukurinya. Dan Allah memberitahukan kepada kita bahwa sedikit sekali diantara hamba-hamba-Nya yang menunaikan syukur kepada-Nya. Allah berfirman يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ البقرة 172 “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” QS. Al-baqarah 172 وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الْأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ قَلِيلاً مَا تَشْكُرُونَ الأعراف/ 10 “Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi sumber penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” QS. Al-A’raf 10 Diantara firman-Nya lagi yang artinya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan juga supaya kamu dapat mencari karunia-Nya; mudah-mudahn kamu bersyukur.” QS. Ar-Rum 46. Diantara kenikmatan dunia adalah firman Allah ta’ala, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air kakus atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik bersih; sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” QS. Al-Maidah 6 Dan nikmat-nikmat lainnya yang begitu banyak. Kami sebutkan sebagian kecil saja, kalau semuanya tidak akan mungkin bisa menghitungnya. Sebagaimana firman Allah ta’ala وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ الْأِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ إبراهيم 34 “Dan Dia telah memberikan kepadamu keperluanmu dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari nikmat Allah.” QS. Ibrohim 34. Kemudian Allah memberikan kepada kita kenikmatan-kenikmatan, dan telah mengampuni kita atas kekurang dalam menyukuri nikmat-nikmat tersebut, seraya berfirman وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ النحل 18 “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. An-Nahl 18. Seorang muslim hendaknya senantiasa memohon kepada Tuhannya untuk membantunya dalam bersyukur kepada-Nya. Kalau bukan karena taufiq dan bantuan Allah kepada hamba-Nya. Maka tidak akan mendapatkan kesyukuran. Oleh karena itu dianjurkan dalam sunah yang shoheh meminta bantuan kepada Allah untuk dapat bersyukur kepada-Nya. عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ وَقَالَ يَا مُعَاذُ ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ ، فَقَالَ أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ ، وَشُكْرِكَ ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ . رواه أبو داود 1522 والنسائي 1303 ، وصححه الألباني في " صحيح أبي داود “Dari Muad bin Jabal sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam memegang tangannya seraya mengatakan, “Wahai Muad, demi Allah saya cinta kepadamu karena Allah. Demi Allah saya cinta kepadamu karena Allah. Beliau melanjutkan,”Saya wasiatkan kepada wahai Muad, jangan engkau tinggalkan setiap selesai shalat berdoa اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ ، وَشُكْرِكَ ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ “Ya Allah bantulah saya untuk mengingat dan mensyukuri kepada-Mu serta memperbaiki ibadah kepada-Mu. HR. Abu Dawud, 1522. Nasa’I, 1303. Dinyatakan shoheh oleh Albani di Shoheh Abi Dawud. Dan bersyukur terhadap nikmat menjadi sebab bertambahnya nikmat sebagaimana Allah firmankan وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ إبراهيم/ 7 “Dan ingatlah juga, tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." QS. Ibrohim 7 Keempat Bagaimana seorang hamba bersyukur kepada Tuhannya atas nikmat yang agung ini? Bersyukur depat dengan merealisasikan pilar-pilarnya, yaitu syukur hati, syukur lisan dan syukur anggota badan. Ibnu Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Bersyukur bisa dengan hati dengan cara khudu’ merendahkan diri dan menyandarkan kepada-Nya. Secara lisan dengan menyanjung dan mengakuinya. Secara anggota tubuh dengan ketaatan dan pelaksanaan. “Madarijus salikin, 2/246. Penjelasan hal itu adalah Syukur hati, artinya hati merasakan harga suatu kenikmatan yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Menguatkan dalam hatinya pengakuan bahwa pemberi nikmat-nikmat nan agung ini adalah Allah saja tiada sekutu bagi-Nya Allah berfirman وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّهِ النحل/ 53 . “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah datangnya” QS. An-Nahl 53 Pengakuan ini bukan sekedar anjuran akan tetapi merupakan suatu kewajiban. Siapa yang menyandarkan kenikmatan ini kepada selain Allah, maka dia telah kafir. Syekh Abdurrahman As-Sa’dy rahimahullah mengatakan, “Seharusnya seorang hamba menyandarkan semua kenikmatan kepada Allah saja baik ucapan maupun pengakuan. Hal itu dapat menyempurnakan ketauhidan. Siapa yang mengingkari nikmat-nikmat Allah dengan hati dan lisannya, maka dia telah kafir. Tidak mendapatkan bagian apapun dari agama. Siapa yang menetapkan dengan hati bahwa semua kenikmatan hanya dari Allah semata, terkadang dengan lisannya menyandarkan kepada Allah dan terkadang menyandarkan kepada diri dan perbuatannya serta usaha orang lain –sebagaimana yang seringkali terucap pada kebanyakan orang – maka dia harus bertaubat. Dan jangan menyandarkan kenikmatan melainkan kepada pemiliknya. Dan dirinya harus berusaha dengan kuat untuk mendapatkan hal itu. Keimanan dan ketauhidan tidak dapat direalisasikan kecuali dengan menyandarkan semua kenikmatan kepada Allah baik ucapan maupun pengakuan. Karena syukur yang merupakan pokok keimanan terdiri dari tiga pilar, pengakuan hati dari semua kenikmatan yang diberikan kepadanya dan kepada orang lain. memperbincangkan dan menyanjung kepada Allah. serta meminta pertolongan dengan kenikmatan tersebut dalam rangka ketaatan dan beribadah kepada Pemberi nikmat. “Al-Qoul Sadid Fi Maqosidit Tauhid, hal. 140. Allah berfirman ketika menjelaskan kondisi orang yang mengingkari menyandarkan kenikmatan kepada Allah يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللّهِ ثُمَّ يُنكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ النحل/ 83 “Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” QS. AN-Nahl 83 Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Maksudnya adalah mereka mengetahui bahwa Allah yang memberikan dan mengutamakan nikmat untuknya, meskipun begitu mereka mengingkarinya. Dan menyembah kepada-Nya dengan lain-Nya. Serta menyandarkan pertolongan dan rizki kepada selain Allah.” Tafsir Ibnu Katsir, 4/592. Syukur lisan. Yaitu mengakui dengan kata-kata –setelah meyakini dalam hati- bahwa Pemberi nikmat yang sebenarnya adalah Allah Ta’ala. Menyibukkan lisan dengan menyanjung kepada Allah Azza Wa jalla. Allah befirman ketika menjelasan kenikmatan yang diberikan kepada hamba-Nya Muhammad sallallahu alaihi wa sallam وَوَجَدَكَ عَائِلاً فَأَغْنَى الضحى/ 8 “Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.” QS. Ad-Dhuha 8 Kemudian diiringi dengan perintah Allah وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ الضحى/ 11 “Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.” QS. Ad-Dhuha 11 Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Maksudnya adalah sebagaimana kamu dahulu kekurangan dan fakir maka Allah cukupkan, maka perbincangkan kenikmatan Allah kepada Anda. “Tafsir Ibnu Katsir, 8/427. Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah sallallahu alahi wa sallam bersabda إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنْ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا ، أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا رواه مسلم 2734 “Sesungguhnya Allah rela seorang hamba ketika mengkonsumsi suatu makanan, kemudian memuji kepada-Nya. Atau meminum suatu minuman kemudian memuji kepada-Nya. HR. Muslim, 2734. Abul Abbas Qurtubi rahimahullah mengatakan, “Memuji disini punya arti bersyukur. Kami telah ketengahkan bahwa memuji ditempatkan di posisi syukur. Dan syukur tidak ditempatkan di posisi memuji Hamdu. Hal itu menunjukkan bahwa mensyukiri kenikmatan – kalau anda katakan – merupakan sebab mendapatkan keredoan Allah. dimana hal itu merupakan kondisi terbaik bagi penduduk surga. Nanti akan ada firman Allah terkait dengan penduduk surga ketika mengatakan Engkau telah memberikan kami yang belum pernah diberikan kepada seorangpun dari makhluk-Mu. Maka Allah berfirman, “Apakah kamu semua mau Saya berikan yang lebih baik dari itu? Semua penduduk surga mengatakan, “Apa itu? Tidakkah Engkau telah memutihkan wajah kami, dan memasukkan kami ke surga serta dijauhkan dari neraka? Maka Allah berfirman, “Saya halalkan keredoanKu untuk kalian semua. Saya tidak akan marah kepada kamu semua selamanya. Syukur merupakan sebab penghormatan yang agung semacam itu karena mengandung pengetahuan kepada Pemberi nikmat. Hanya Dia sendiri yang menciptakan nikmat itu. Serta mendistribusikan kepada orang yang diberi nikmat. Sebagai kelebihan, kedermawanan dan kenikmatan dari Pemberi nikmat. Dan yang diberi nikmat itu fakir, membutuhkan kenikmatan itu. Pengetahuan itu mengandung pengertian akan hak dan keutamaan Allah. serta hak seorang hamba yang kurang. Sehingga Allah memberikan balasan atas pengetahuan dan kemulyaan nan tinggi. “Al-Mufhim Lima Asykal Min Talkhis Kitab Muslim, 7/60, 61. Dari sini sebagian ulama salaf mengatakan, “Siapa yang menyembunyikan kenikmatan, maka dia telah mengkufurinya. Siapa yang menampakkan dan menyebarkannya, maka dia telah mensyukurinya. Ibnu Qoyyim rahimahullah ketika memberi catatan seraya mengatakan, “Hal ini diambil dari perkataan Sesungguhnya ketika Allah memberikan nikmat kepada hamba-Nya, ingin diperlihatkan bekas nikmat kepada hambanya. “Madarikus Salikin, 2/246. Diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz rahimahullah beliau mengungkapkan, “Saling mengingatkanlah kalian semua tentang kenikmatan-kenikmatan, hak mengingatnya termasuk bentuk syukur.” Sementara syukur anggota badan adalah mempergunakan anggota tubuhnya untuk ketaatan kepada Allah. dan menghindari agar tidak terjerumus kepada sesuatu yang dilarang oleh Allah dari bentuk kemaksiatan dan dosa. Allah berfirman اعْمَلُوا آلَ دَاوُدَ شُكْراً سـبأ/ من الآية 13 “Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur kepada Allah.” QS. Saba 13. Dari Aisyah radhiallahu anha berkata كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى قَامَ حَتَّى تَفَطَّرَ رِجْلَاهُ قَالَتْ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَصْنَعُ هَذَا وَقَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ ؟ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا . رواه البخاري 4557 ومسلم 2820 . Dahulu Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam berdiri shalat sampai bengkak kedua kakinya. Maka Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa anda melakukan hal ini padahal telah diampuni dosa anda yang akan datang dan yang lalu? Maka beliau berkata, “Wahai Aisyah, apakah saya tidak boleh menjadi hamba yang yang pandai bersyukur.” HR. Buhori, 4557 dan Muslim, 2820. Ibnu Battol rahimahullah mengatakan, “Tobari mengatakan, yang benar dalam hal itu adalah bahwa syukurnya seorang hamba adalah pengakuan bahwa hal itu adalah dari Allah bukan yang lainnya. Dan pengakuan yang benar adalah dibuktikan dengan perbuatan. Sementara pengakuan yang tidak sesuai dengan perbuatannya, maka pelakunya tidak berhak menyandang orang yang bersyukur secara umum. Akan tetapi dikatakan syukur lisan saja. Dalil akan keabsahan hal tu adalah firman Allah Ta’ala اعْمَلُوا آلَ دَاوُدَ شُكْراً سـبأ/ من الآية 13 “Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur kepada Allah.” QS. Saba 13. Telah diketahui bahwa mereka tidak diperintahkan, ketika dikatakan kepada mereka untuk mengakui akan kenikmatan-kenikmatan-Nya. Karena mereka tidak mengingkari bahwa hal itu merupakan tambahan kelebihan dari-Nya. Sesungguhnya mereka diperintahkan bersyukur atas nikmat-Nya dengan perbuatan taat. Begitu juga sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam ketika kedua kakinya bengkak karena qiyamul lail, “Apakah saya tidak diperbolehkan menjadi hamba yang pandai bersyukur? Syarkh Shoheh Bukhori, 10/183, 184. Abu Harun mengatakan, “Saya masuk ke rumah Abu Hazim saya bertanya kepadanya, “Semoga Allah merohmati anda. bagaimana cara mensyukuri kedua mata? Maka beliau menjawab, “Kalau anda melihat kebaikan, maka anda akan mengingat-Nya. Kalau anda melihat kejelekan, anda tutupi. Saya bertanya, “Bagaimanacara syukur kedua telinga? Beliau menjawab, “Kalau anda mendengarkan kebaikan, maka anda tetap menjaganya. Kalau anda mendengar kejelekan, anda melupakannya. Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah mengatakan, “Syukur ada dua derajat, salah satunya asalah wajib. Yaitu dengan melakukan kewajiban dan menghindari larangan. Dan ini merupkan suatu keharusan . Hal ini cukup melakukan syukur atas nikmat-nikmat ini. Dari sini maka sebagian ulama salaf mengatakan, “Syukur adalah meninggalkan kemaksiatan.’ Sebagian lainnya mengatakan, “Syukur adalah tidak mempergunakan nikmat Allah untuk berbuat kemaksiatan. Abu Hazim Az-Zahid menyebutkan syukur anggota tubuh adalah mencegah dari kemaksiatan dan mempergunakan dalam ketaatan. Sementara beliau mengatakan, “Siapa yang bersyukur dengan lisannya dan tidak mensyukuri semua anggota tubuhnya, maka perumpamaannya seperti seseorang mempunyai kain penutup badan, kemudian dia memegang ujungnya tanpa dipakai. Hal itu tidak bermanfaat sama sekali. apakah hal itu dapat memberikan manfaat dari dingin, panas, es dan hujan. Tingkatan syukur kedua, syukur yang dianjurkan. Yaitu seorang hamba setelah menunaikan kewajiban dan menjauhi yang diharamkan. Melakukan amalan sunah. Dan ini derajat orang-orang yang pertama dan orang-orang yang dekat kepada Allah. Jami’ Ulum wal hikam, hal. 245, 246. Kesimpulan Agar senantiasa bersyukur kepada Tuhan anda terhadap nikmat yang telah diberikan kepada anda, maka anda harus mengakui dalam hati anda, bahwa pemberi nikmat ini adalah Allah. maka hendaknya anda agungkan dan sandarkan kepada-Nya. Anda mengakuinya dengan lisan, anda bersyukur setelah bangun tidur diberikan kehidupan lagi bagi anda. setelah makan dan minum merupakan pemberian rizki dan kelebihan untuk anda. Dan lakukan seperti itu pada semua kenikmatan yang diberikan kepada anda. Sementara syukur anda dengan anggota tubuh adalah agar jangan sampai menjadikan apa yang anda lihat dan dengar ke arah kemaksiatan atau kemungkaran. Seperti menyanyi, mengguncing. Dan jangan berjalan dengan kedua kaki anda ke tempat-tempat kemungkaran. Jangan anda pergunakan kedua tangan anda untuk kemungkaran. Seperti menulis surat yang dilarang dengan menjalin hubungan dengan wanita asing. Atau menulis akad yang diharamkan atau membuat sesuatu atau melakukan amalan yang diharamkan. Diantara mensyukuri kenikmatan dengan anggota tubuh adalah mempergunakannya untuk ketaatan kepada Allah Ta’ala dengan tilawah Qur’an, menulis ilmu, mendengarkan sesuatu yang bermanfaat dan begitu juga dengan anggota tubuh lainnya digunakan untuk ketaatan yang berbeda-beda. Ketahuilah bahwa mensyukuri suatu kenikmatan masih membutuhkan syukur. Begitu juga seorang hamba senantiasa dalam kenikmatan Tuhannya. Dia mensyukuri nikmat-nikmat itu. Dan memuji-Nya ketika diberi taufik menjadi orang-orang yang bersyukur. Kita memohon kepada Allah agar kita dan anda diberi taufik dengan apa yang dicintai dan diredoi-Nya. Wallahu alama SesungguhnyaAllah benar-benar mempunyal karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan akan tetapi kebanyakan manusia tak bersyukur. Demikianlah kumpulan ayat Al Quran mengenai bersyukur kepada ALLAH SWT atas segala nikmatnya. Semoga artikel ini bermanfaat dan menjadikan kita semua semakin bersyukur atas karunia dan limpahan
Jakarta - Jika kamu ingin mencoba untuk selalu bersyukur dengan keadaan yang sedang dimiliki saat ini, kamu bisa membaca kata-kata bersyukur Islami. Meski kata-kata ini tidak langsung mengubah segalanya, paling tidak bisa menjadi pengingatmu untuk selalu bersyukur atas semua rezeki pemberian-Nya. 5 Resep Masakan Berbuka Puasa yang Sehat dan Dijamin Lezat Adu Tajam Bomber PSS Vs Persib di Piala Menpora Adu Tajam Saddam Emiruddin Gaffar Kontra Wander Luiz 12 Arti Mimpi Kehujanan yang Perlu Diketahui Sudah seharusnya sebagai manusia kita selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Selalu bersyukur dapat membuatmu lebih tenang karena dapat menghindarkanmu dari sifat rakus atau serakah. Bersyukur dalam segala perkara, mulai hal kecil hingga yang kamu anggap besar. Mulai kelancaran rezeki, kesehatan badan yang kamu rasakan, dan masih banyak lagi yang lain. Ada banyak kata-kata bersyukur Islami yang bisa jadi referensi saat berterima kasih atas nikmat yang diberikan Allah. Berikut koleksi kata-kata bersyukur Islami yang bisa kamu gunakan, seperti dikutip dari Theislamicquotes, Islamkidunya, dan Islamicartdb, Senin 19/4/2021.Ilustrasi bersyukur, Islami. Photo on Pixabay1. "Islam mengajarkan kita untuk bersyukur karena itu adalah satu di antara tindakan yang paling dicintai oleh Allah SWT. Ketika Dia melihat bahwa umat-Nya bersyukur kepada-Nya atas hal-hal yang telah Dia sediakan, Dia meningkatkan nikmat-Nya kepada orang-orang itu." 2. "Ketika seorang Muslim mulai mengeluh, itu menunjukkan bahwa dia tidak puas dengan hal-hal yang telah disediakan oleh Allah SWT. Hal ini menyebabkan kekecewaan dan rasa tidak tahu berterima kasih, dua tindakan yang paling tidak disukai dalam Islam." 3. "Sebagai Muslim, sudah menjadi kewajiban kita untuk menghargai semua nikmat yang diberikan kepada kita oleh Allah SWT terlepas dari bagaimana kita hidup di dunia ini. Dia meningkatkan nikmat-Nya bagi mereka yang bersyukur, tetapi bagi mereka yang selalu mengeluh pasti Dia akan menghukum mereka juga." 4. "Ada banyak doa yang dapat membantu kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Oleh karena itu, kita juga harus melafalkan doa untuk menjaga hati kita di tempat yang benar dan bersyukur kepada Allah SWT atas segala yang telah Dia berikan kepada kita." 5. "Untuk menjadi Muslim yang lebih baik, kita harus belajar bersyukur dengan apa yang kita miliki." 6. "Tidak semua orang bisa berterima kasih kepada Allah SWT atas nikmat-Nya. Jika kamu bisa berterima kasih atas nikmat-Nya Anda pasti merasa sangat beruntung karena bisa mengungkapkan rasa syukur kepada-Nya dan menjadi berkah untuk dirimu." 7. "Kamu harus bersyukur. Tidak peduli kamu di saat-saat buruk sekali pun." 8. "Alhamdulillah karena selalu memberikan apa yang aku butuhkan, bukan yang aku inginkan." 9. "Aku punya banyak hal untuk disyukuri. Saya sehat, bahagia, dan saya dicintai. Alhamdulillah." 10. "Alhamdulillah untuk nuansa sejuk di hari yang panas."Kata-Kata Bersyukur IslamiIlustrasi bersyukur, Islami. Photo by Junior REIS on Unsplash11. "Jangan hanya berterima kasih kepada Allah ketika semuanya berjalan dengan baik, bersyukurlah kepada-Nya bahkan ketika ada tantangan. Ucapkan Alhamdulillah." 12. "Alhamdulillah. Semua terima kasih kepada Allah karena telah membawaku keluar dari bayangan kegelapan menuju bayangan terang." 13. "Ucapkan Alhamdulillah saat kamu duduk bersama keluarga karena ada seseorang di suatu tempat yang ingin bersama keluarga." 14. "Makin aku melihat dunia, makin aku diam-diam berbisik, 'Alhamdulillah untuk semuanya'." 15. "Lebih dari orang meninggal di dunia ini setiap hari, aku bersyukur kepada Allah karena masih memberi aku waktu untuk memperbaiki akhiratku." 16. "Ingatlah selalu dan jangan pernah lupa mengucapkan Alhamdulillah atas segala sesuatu yang telah diberkahi Allah kepada kita." 17. "Alhamdulillah untuk semua yang aku miliki, Alhamdulillah untuk semua yang aku miliki, dan Alhamdulillah untuk semua yang akan aku miliki." 18. "Ucapkan Alhamdulillah sekarang dan selalu karena Allah telah memberi kita kesempatan untuk berterima kasih pada-Nya." 19. "Apa pun kesulitan yang kamu hadapi, jangan pernah lepas iman kepada Allah, ucapkan Alhamdulillah. Allah ada di sisi orang beriman." 20. "Bersyukurlah bagaimana pun keadaanmu saat ini. Kebahagiaan dimulai dari rasa syukur yang selalu dipanjatkan."Kata-Kata Bersyukur IslamiIlustrasi bersyukur, Islami. Photo on Pixabay21. "Bahagialah secukupnya, sedih seperlunya, mencintai sewajarnya, membenci sekadarnya, dan bersyukurlah sebanyak-banyaknya." 22. "Syukur terdiri dari perbuatan, tidak terdiri dari hanya mengucapkan Alhamdulillah saja dengan lidah." - Dr Mustafa Mahmud 23. "Aku mencoba menghargai hadiah kecil dari Allah. Luar biasa." - Mufti Ismail Menk 24. "Sesungguhnya Allah mengizinkan seseorang menikmati berkah selama yang Dia kehendaki. Tetapi, ketika hambanya tidak lagi berterima kasih untuk itu, Dia mengubahnya menjadi hukuman." - Al-Hasan al-Basri 25. "Makin kamu menghargai apa yang kamu miliki, makin kamu akan dirahmati oleh-Nya. Makin kamu mengeluh tentang apa yang tidak kamu miliki, makin kamu menjauhkan diri dari-Nya." - Nadir Keval 26. "Belajarlah untuk menghargai apa yang kamu miliki sebelum waktu membuat kamu kehilangan semuanya." - Waleed Basyouni 27. "Bagaimana kamu bisa melupakan Dia yang memberi semua yang kamu miliki dalam hidup? Jangan lupa mengingat Allah." - Abdulbary Yahya 28. "Bersyukur atas hidupmu, setiap detailnya, dan wajah kamu akan bersinar seperti matahari. Semua orang yang melihatnya akan dibuat senang dan damai." - Rumi 29. "Kebahagiaan dicapai dengan tiga hal Bersabar saat diuji, bersyukur saat menerima berkat, dan bertobat saat berbuat dosa." - Ibn Qayyim Al-Jawziyyah 30. "Meninggalkan dosa karena takut akan Allah itu baik, tetapi menunjukkan rasa syukur atas apa yang telah Dia berkati itu lebih baik." - Yasir Qadhi Sumber Theislamicquotes, Islamkidunya, Islamicartdb Dapatkan kumpulan artikel kata-kata Islami lainnya dengan mengeklik tautan Video Lionel Messi dan Lewis Hamilton menangi Laureus World Sports Awards 2020
.
  • ri5sxh3zf9.pages.dev/595
  • ri5sxh3zf9.pages.dev/913
  • ri5sxh3zf9.pages.dev/797
  • ri5sxh3zf9.pages.dev/290
  • ri5sxh3zf9.pages.dev/11
  • ri5sxh3zf9.pages.dev/15
  • ri5sxh3zf9.pages.dev/847
  • ri5sxh3zf9.pages.dev/294
  • ri5sxh3zf9.pages.dev/412
  • ri5sxh3zf9.pages.dev/999
  • ri5sxh3zf9.pages.dev/145
  • ri5sxh3zf9.pages.dev/903
  • ri5sxh3zf9.pages.dev/67
  • ri5sxh3zf9.pages.dev/715
  • ri5sxh3zf9.pages.dev/714
  • aku bersyukur pada allah atas nikmat darinya